"Urban Sufisme", Perkembangan Positif dalam Dakwah Islam
NU Online · Sabtu, 7 April 2007 | 09:30 WIB
Canberra, NU Online
Fenomena tumbuhnya jamaah-jamaah zikir di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, merupakan perkembangan positif dalam dakwah Islamiyah dan "urban sufisme" itu justru membantu umat mendapatkan ketenangan hati di tengah kehidupan perkotaan yang materialistis.
"Hal ini merupakan fenomena positif. Ada perasaan dahaga(haus, red) untuk menghadapi kehidupan tasawuf karena suasana dan tantangan hidup perkotaan yang materialistis," kata Mahasiswa Program Doktoral Universitas Nasional Australia (ANU) yang juga Ketua Tanfiziah Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (NU) Australia dan Selandia Baru, Arief Zamhari, di Canberra, Jumat.
<>Menurut Arief, urban sufisme itu bermakna umat Islam mengamalkan tasawuf tanpa harus melalui guru tarekat melainkan cukup guru biasa seperti Arifin Ilham. Biasanya mereka tidak disyaratkan untuk melakukan baiat dan tidak pula ada keharusan bahwa mereka harus melaksanakan wirid itu setiap hari.
"Yang pasti tumbuh berkembangnya jamaah-jamaah zikir juga menandakan adanya ’ketidakpuasan’ terhadap praktik-praktik keberagamaan puritan yang tidak menyentuh aspek spiritual," katanya menjawab pertanyaan tentang maraknya jamaah zikir di wilayah perkotaan dan bahkan sebagian wilayah pedesaan di tanah aAir.
Fenomena tumbuhnya jamaah-jamaah zikir juga dapat dijumpai di wilayah-wilayah pedesaan di pantai utara Pulau Jawa.
"Di Kediri misalnya, terdapat tiga kelompok jamaah zikir dan di antara anggotanya ada mantan pengguna narkoba yang sudah tobat. Dan ulamanya siap melayani jamaahnya satu kali dua puluh empat jam," kata kandidat doktor ANU itu.
Kelompok-kelompok zikir di pedesaan pantai utara Pulau Jawa itu memiliki jamaah yang berlatar belakang santri dan juga "abangan". "Ini menjadi salah satu sarana dakwah untuk mendekati kelompok abangan," katanya.
Menurut ayah tiga anak ini, fenomena ini merupakan perkembangan positif dalam dakwah karena obyek dakwah sejatinya tidak boleh dikotak-kotakkan melainkan harus melayani semuanya.
"Kita harus merangkul semua obyek dakwah kita. Ini merupakan sumbangan terbesar dari jamaah zikir guna mendekatkan jurang antara santri dan abangan di desa-desa yang selama ini kurang mengalamkan Islam," kata Arief. (ant/sir)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
3
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua