Warta

"Joki" Mencium Hajar Aswad Berkeliaran

NU Online  ·  Ahad, 2 Desember 2007 | 01:09 WIB

Mekkah, NU Online
Berbagai cara untuk mendapatkan uang secara cepat tak saja terjadi di tanah air, karena ternyata di tanah suci pun orang Indonesia lihai, bukan dengan cara merampok atau menggunakan kekuatan mistik seperti yang marak di tayangan televisi, namun memanfaatkan keluguan jemaah haji yang baru tiba di Mekkah.

Bagi warga Muslim, terutama yang sudah puluhan tahun mendambakan pergi haji, tentu ingin melihat Baitullah dan mencium Hajar Aswad di Masjidil Haram Ka’bah.

<>

Ketika mendapat tawaran kemudahan mencium Hajar Aswad, siapa sih yang tak tergiur, ungkap Ma’ali, warga Betawi, yang baru saja tiba di Mekkah, Sabtu.

Namun betapa terkejutnya ia ketika mendapat tawaran kemudahan mencium Hajar Aswad -- batu dari surga yang menempel di sisi Ka’bah dan dianggap suci dan disunahkan bagi seluruh umat Islam menciumnya -- itu, tiba-tiba orang yang menawarkan jasa kemudahan meminta kepadanya imbalan uang di atas 300 real.

Beruntung warga Betawi berusia lanjut itu masih mampu berfikir kritis. Bukan soal besar-kecilnya uang jasa yang difikirkan. Namun, katanya, sampai tega-teganya bahwa untuk mencium Hajar Aswad orang yang menawarkan bantuan meminta imbalan sangat besar.

"Saya tolak. Gayanya sih baik benar orang ntu. Tutur katenye manis. Teganye meres orang di tanah suci," ujarnya dengan logat Betawi medok.

Kepala Satuan Pengamanan (PAM) Haji Daerah Kerja (Daker) Mekkah, AKBP Agus P, membenarkan bahwa saat ini tengah gesit-gesitnya para "joki" mencium Hajar Aswad mendatangi pemukiman Haji Indonesia. "Mereka itu warga negara Indonesia juga. Seperti kita juga," kata Agus.

Biasanya mereka bekerja dalam satu sindikat. Membuat organisasi yang kerap melakukan kontak dengan sesama rekannya melalui alat komunikasi hand phone (HP) di tengah keramaian orang banyak di Masjidil Haram.

Agus mengaku sedang memburu orang-orang, yang dikenal di tanah air dengan sebutan sebagai "joki". Bila sudah mendapat mangsa, orang yang menawarkan jasa itu kemudian mengontak rekan-rekannya.

Seperti dimaklumi bahwa untuk mencium Hajar Aswad perlu "nyali", fisik kuat dan strategi sendiri. Pasalnya, banyak orang berbadan besar dari negara lain juga menginginkan mencium Hajar Aswad. Jika tak punya keberanian, lebih baik mundur.

"Anda bisa terlempar dari sisi Ka’bah," ungkap Agus.

Mencium Hajar Aswar, kendati disunahkan oleh Rasullallah SAW, bisa menyakiti diri sendiri dan orang lain.

Nah, orang yang menawarkan jasa dengan bertindak sebagai "joki" mencium Hajar Aswad itu biasanya menggiring orang yang sudah punya kesepakatan untuk membayarnya. Yang bersangkutan dibimbing di kerumunan orang yang sedang thawaf.

Bila hal itu terjadi, perputaran orang thawaf pun tersendat. Kadang macet, sehingga membentuk kerumunan makin sesak karena perbuatan "joki" tadi.

Tatkala hendak mendekati Hajar Aswad, biasanya rekan-rekan "joki" tadi sudah menunggu di situ. Biasanya tiga hingga empat orang bertugas membuka kerumunan orang berdesakan di hadapan Hajar Aswad.

Sementara seorang Askar, polisi, yang menjaga dan mengatur jemaah mencium Hajar Aswad tak bisa berbuat banyak. Askar ini hanya bisa berteriak seorang diri sambil bergelantungan di tali Kiswah Ka’bah.

Askar disitu memang tak tahu, bahwa ada "joki" tengah memainkan perannya mencari untung dengan memanfaatkan keluguan orang yang mendambakan mencium Hajar Aswad.

Kepala PAM Daker Mekkah mengakui, sulit menangkap "basah" perbuatan "joki" itu. Pasalnya, di Masjidil Haram ada aturan yang harus diindahkan, yaitu, dilarang membuat kegaduhan.

Namun ia yakin, orang macam itu akan terkena "batunya" suatu saat. Apalagi, hal itu dilakukan di tanah haram yang oleh Nabi  Muhammad SAW perbuatan baik sekecil apa pun akan mendapat ganjaran berlipat ganda. Sebaliknya, yang buruk, akan demikian pula.  "Dosanya, amat berat," ujar Agus lagi. (ant/sir)