Warta

Profil Kandidat Ketua Umum PB PMII : Abdurrahim Hasan Taftazani

NU Online  ·  Rabu, 16 April 2003 | 05:51 WIB

Jakarta, NU ONLINE, Merupakan calon termuda, yang lahir di Purbalingga, 13 Januari 1979 dan saat ini masih menjadi mahasiswa Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. Ia memiliki dua misi besar untuk mengembangkan PMII. Pertama adalah kaderisasi internal yang berkualitas sehingga dengan kaderisasi internal yang berkualitas, para anggota PMII bisa meningkatkan sumbangannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Keinginanya yang kedua juga berkaitan dengan tujuan pertama, ia ingin PMII secara institusional memiliki daya pesona untuk semua kalangan. Ia berkeinginan pihak-pihak lain senang dengan PMII. Untuk itu tiada jalan lain, kecuali harus menggalang hubungan eksternal seluas-luasnya dengan pihak lain dan tentu saja harus diiiringi kader-kader yang berkualitas.

Keanggotannya di PMII dimulai dalam usia yang sangat muda, bahkan seharusnya belum dapat dikatakan sebagai anggota tetapi baru “anggota-anggotaan”. Ia telah mengikuti penerimaan anggota baru (MAPABA) pada kelas 2 SMA, karena persentuhannya dengan para aktivis PMII, setelah sebelumnya bersama kawan-kawannya membentuk IPNU di sekolahnya, sesuatu yang sebetulnya masih dilarang pada waktu itu. Semasa menjadi ketua PB PMII (2000-2003) ia tetap memiliki komitmen kuat, dan akan menjadi program utamanya jika ia terpilih menjadi ketua umum PB PMII, untuk melanjutkan program yang ia namakan “pengkaderan berbasis kampus”, sesuatu yang telah ia mulai sejak ia menjadi ketua umum PC PMII Purwokerto (1998-1999) ketika ia masih duduk di semester III, jurusan ilmu administrasi negara fakultas ilmu politik Universitas Jenderal Sudirman

<>

Kehausannya akan dunia intelektual yang telah tumbuh sejak usia muda disalurkan melalui pembentukan forum kajian LAWAS (Lingkar Wacana Agama dan Sosial) yang membahas berbagai persoalan dari agama, sosial, sampai dengan politik. Disini ia tidak hanya bersentuhan dari dunia pesantren dan kitab kuning yang telah menjadi makannya sejak kecil, tetapi juga membahas bacaan lintas ideologi dan aliran yang tentu saja membuatnya memiliki cakrawala luas dalam memandang banyak hal.

Persentuhannya dengan masyarakat kecil, minoritas dan tertindas seperti kelompok anak jalanan, petani kecil, dan golongan Cina menyebabkan ia mendapat kehormatan diundang oleh Akademi Confusius untuk melakukan lawatan kebudayaan  ke Hongkong, RRC dan Singapura dan kemudian memperoleh kesempatan untuk turut menghadiri Forum Asia Associate di Hongkong. Inilah yang menyebabkan banyak orang mencurigainya sebagai  antek Cina, tetapi ia berkata “Tak apalah, orang boleh mengomentari apa saja, asalkan niatnya baik, akan menjadi baik”.

Usaha untuk memberdayakan para kader PMII telah dituliskannya dalam buku-buku “Pendidikan Kritis Transformatif PB PMII” yang ia susun bersama telam-temannya dan juga VCD Monogram PMII yang saat ini masih dalam penyelesaian. Pemikiran-pemikirannya tentang dunia ditulis dalam buku “Globalisasi” dan sebuah buku yang diluncurkan dalam arena kongres ini.  (Mkf)

Silahkan beri komentar anda untuk kandidat ini.