Warta

Profesor Riset ke-4 Depag Dikukuhkan

NU Online  ·  Kamis, 6 Desember 2007 | 03:11 WIB

Jakarta, NU Online
Departemen Agama kini memiliki profesor riset keempat setelah Patombongi Badrun dikukuhkan sebagai profesor riset bidang lektur keagamaan. Tiga profesor riset yang dimiliki Depag sebelumnya yaitu Profesor Azis Al-Bone, Profesor Yusri Abadi, dan Profesor Musda Mulya.

Pengukuhan Patombongi Badrun dilakukan langsung oleh kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Umar Anggara Jenie, di Jakarta, Rabu (5/12).

<>

Dalam orasi ilmiahnya, Badrun menuturkan, perkembangan peradaban manusia dibangun atas budaya tulisan yang kemudian melahirkan bahan bacaan (lektur). Badrun menjelaskan, seluruh pemikiran, ideologi, dan konstruksi pemikiran seseorang atau masyarakat dapat dilihat dari lektur yang mereka miliki.

“Karena itu, upaya untuk mempelajari lektur secara serius adalah upaya untuk mengenali identitas dan ide-ide yang berkembang di masyarakat,” paparnya di Gedung Sasana Amal Bakti Depag, kemarin.
Mempelajari lektur agama dengan berbagai ragam dan bentuknya, lanjut Badrun, akan membantu orang untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman agama setiap umar beragama.

Sebaliknya, lektur agama yang keliru dapat menyelewengkan pemeluk agama dari ajaran yang benar serta dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban umum. “Inilah alasan mengapa kita harus memahami dengan tepat isi lektur-lektur agama, terutama yang bersifat ajaran agar kita tidak tersesat.”

Dikatakan, hasil penelitian lektur agama dapat dijadikan pertimbangan untuk merumuskan pengambilan kebijakan yang relevan guna pembinaan kehidupan beragama.

Dalam sambutan tertulis yang dibacakan kepala Balitbang dan Diklat Depag Atho Mudzhar, Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, mengakui, beberapa kebijakan Depag telah diambil berdasarkan riset para peneliti di Balitbang dan Diklat Depag.

Sayangnya, kata Menag, tidak selalu hasil penelitian yang relevan secara akademis dapat diterapkan pada tataran praktis dalam bentuk kebijakan operasional. “Untuk itu, lembaga yang bertugas melakukan penelitian perlu terus meningkatkan relevansi topik-topik penelitian dengan kebutuhan pembangunan.”

Atho Mudzhar menambahkan, peningkatan diversifikasi desain-desain penelitian dan pengembangan kemitraan dengan peneliti dari lembaga lain memang merupakan tantangan bagi badan yang dipimpinnya. “Ke depan kita akan terus mengembangkan penelitian agar lebih relevan dan aplikatif,” tandas Atho. (mkf)