Politik uang yang dipraktikkan di beberapa daerah di Indonesia untuk mendulang suara dalam pelaksanaan Pemilihan Umum 9 April 2009 kemarin sangat memprihatinkan dan menjadi antiklimaks demokrasi.
”Pemilu kemarin yang diwarnai hujan uang di tingkat grass root sebenarnya menjadi antiklimaks demokrasi. Politisi harus menanggung dosa yang telah dilakukan, karena telah merusak praktik dan paradigama politik warga kecil,” ungkap wakil Ketua Lakpesdam NU pati kepada NU Online di Pati, Jawa Tengah, Sabtu (11/4).<>
Ali Mahmudi menambahkan, fungsi kontrol pemilu yang dilakukan oleh panwas dan beberapa lembaga juga sangat tidak maksimal.
”Kontrol yang dilakukan untuk mengawasi dan membendung politik uang, justru jebol di detik-detik terakhir. Panwas dan tim sukses saling kompromi, hingga tidak ada mekanisme kontrol yang maksimal,” tegas Ali Mahmudi.
Di Pati, Lakpesdam NU sendiri akan bekerjasama dengan berbagai pihak yang peduli pada masa depan demokrasi untuk menyelenggarakan refleksi demokrasi.
”Pilihan untuk melakukan refleksi ini penting agar warga dan politisi tak mengubur niat suci sistem demokrasi di negeri ini”, papar Ali.
Pengamat politik Jamal Ma’mur Asmani mengungkapkan, sudah saatnya titik anti-klimaks moralitas demokrasi ini disembuhkan dengan kesadaran politik.
”Banyak anggapan salah tentang bagaimana berpolitik yang baik. Politik sering disalahartikan sebagai medan pekerjaan untuk meraih untung besar. Inilah yang menjadikan kompetisi politik tidak fair”, tegas Jamal yang juga pengurus harian Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Pati. (mon)
Terpopuler
1
Innalillahi, H Tosari Widjaja Wafat dalam Usia 84 Tahun, Aktivis NU Sejak Muda
2
Khutbah Jumat: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
3
Khutbah Jumat: Rabiul Awal, Maulid, dan Keutamaan Membaca Shalawat
4
Gelar Munas, Sako Pramuka Resmi Berganti Nama Jadi Pandu Ma'arif NU
5
Khutbah Jumat: Meraih Berkah dan Syafaat dengan Shalawat
6
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
Terkini
Lihat Semua