Warta

PMII: Jangan Anggap Remeh Ancaman Disintegrasi

Senin, 9 Juli 2007 | 12:02 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) mengingatkan semua pihak, khususnya pemerintah, agar tidak menganggap remeh ancaman disintegrasi bangsa.

"PMII melihat ancaman disintegrasi bangsa sudah di depan mata jika kita tidak segera berbenah diri," kata Ketua Umum PB PMII Hery Haryanto Azumi di Jakarta, Senin.

<>

Peristiwa penyusupan aktivis gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) pada acara yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Ambon, disusul pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua, dan deklarasi Partai GAM di Aceh yang terkesan berurutan, kata Hery, tak boleh dianggap angin lalu.

"Menurut saya, tentu peristiwa yang berurutan ini bukan suatu kebetulan. Ini by design. Terlalu luar biasa jika ini sekadar peristiwa kebetulan," katanya.

Menurut Hery, ancaman disintegrasi setidaknya datang dari dua kelompok. Pertama, dari kelompok separatis yang sangat giat dalam menggalang dukungan komunitas internasional.

"Logika yang seringkali dipakai adalah pelanggaran HAM, diskriminasi, dominasi agama. Otonomi daerah sering disalahtafsirkan sebagai federalisasi," katanya.

Ancaman kedua muncul dari kelompok-kelompok radikal dalam agama yang menginginkan adanya pemerintahan global berbasis agama.

"Dalam pandangan mereka, negara bangsa adalah penghambat terwujudnya pemerintahan global. Karena itu, NKRI menurut kelompok ini harus digulingkan," katanya.

Karena itu, kata Hery, PMII melihat perlunya bangsa Indonesia segera melakukan pembenahan internal dan lobi-lobi internasional untuk mempertahankan tegaknya NKRI yang berdasar UUD 1945 dan Pancasila yang mengakui berbagai perbedaan yang ada. (ant/mad)