Warta

PMII Gelar Maulidan bersama Warga Sunan Kuning

Sab, 5 Maret 2011 | 07:05 WIB

Semarang, NU Online
Ratusan mbak-mbak (sebutan populer warga Resosialisasi Argorejo) di kompleks lokalisasi Sunan Kuning menggelar Mauludan bersama mahasiswa, kamis (3/3).
Adalah Lembaga Pengembangan Studi dan Advokasi Perempuan (LPSAP) milik Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, yang mengajak mereka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW kali ini.

Maulidan digelar dalam pengajian umum bersama KH Habib Umar Muthohar bertema Meningkatkan Jiwa Spiritual Umat Muslim di Era Modernisasi. Hadir pula Ketua Resos Agorejo Suwandi, Dosen IAIN Walisongo Saleh, dan sejumlah aktivis PMII Kota Semarang.
>
Habib Umar dalam mauidhoh hasanahnya menyampaikan, rahmat Allah tak pernah tertutup untuk manusia, seberapa burukpun perbuatannya. Ampunan Allah selalu luas dan terbuka bagi siapa saja yang tetap beriman dan mau bertaubat kepada-Nya. Sayyid -panggilan akrab Habib- yang suka guyon ini mengajak semua orang tak putus asa atas rahmat Allah.

"Jangan sampai orang menganggap tak diperhatikan Allah. Sebab semua makhluk selalu diperhatikan-Nya. Orang hidup itu pasti mengalami banyak masalah. Mungkin di antara kita ada yang kejeglong di lubang atau terperosok lumpur hitam," tutur Habib.

Lebih lanjut Habib berharap kepada warga lokalisasi untuk tetap berharap kepada rahmat Allah. Asalkan manusia masih punya iman, mereka layak berharap dientaskan dan diangkat oleh Allah ke jalan yang lurus yang diridhoi-Nya. Dengan demikian manusia tetap layak berharap surga yang merupakan puncak rahmat Allah.

Dalam ceramah yang disampaikan dengan bahasa ringan dan sering menyapa hadirin, membuat mbak-mbak dan beberapa papi atau mami terbawa suasana haru dan juga ikut sholawat kala grup rebana yang berada di panggung bersama Habib Umar melantunkan syair al-barzanji.

Bahkan ketika Habib memimpin doa, semua khusyuk menengadahkan tangan. Larut dalam permohonan kepada Allah Dzat Yang Maha Pengampun. Tak sedikit yang menitikkan air mata.  Itu terjadi setelah Habib Umar  menceritakan kisah pelacur di masa Nabi Musa. (ich/bersambung)