Warta

PMII Butuh Pemimpin yang Independen

NU Online  ·  Senin, 23 Mei 2005 | 04:10 WIB

Jakarta, NU Online
Bagaimana kriteria pemimpin yang layak untuk memimpin PMII ke depan? Demikianlah pertanyaan yang menarik untuk dijawab. Ketua Forum Komunikasi dan Silaturrahmi (Foksika) PMII H. Ahmad Bagdja mengungkapkan bahwa PMII harus memiliki pemimpin yang independen.

“Saya kira tak terlalu muluk-muluk, pengalaman saya membuktikan bahwa ia harus independen dalam pengertian tak dipakai siapapun. Ketika terindikasi dipakai oleh satu pihak, kalau dulu intel, tentara, orang berduit, pemerintah, dan lainnya, ia bakalan tak dipercaya,” tandasnya (23/05).

<>

Independen dalam hal ini bukan berarti menjaga jarak sama sekali dengan pihak lain. PMII tetap butuh dukungan, keuangan dan keamanan. Untuk itu bisa disiasati dengan melakukan komunikasi secara terbuka dan transparan.

“Jika pemimpinnya independen dan komunikasinya baik dengan mahasiswa, dan dengan pemerintah juga kenal, semuanya akan baik-baik saja. Dapat dimisalnya dengan macan yang galak, kalau kita sudah mengenalnya kita tak akan diterkam. Demikian juga dengan rezim, meskipun kita kritik pedas, kalau kenal baik tak akan diapa-apapan,” imbuhnya

Kalau PMII ingin diakui oleh dunia luar, tentu saja juga harus memiliki pemimpin yang diakui oleh semua pihak sehingga dianggap pantas untuk diterima pandangan dan kebijakaknnya. Karena itu menjadi kebutuhan mutlak dalam kongres ini untuk memilih pemimpin yang secara internal diterima tetapi juga teruji dengan kelompok lain dan kalau bisa harus menjadi pemimpin dalam arus besar gerakan mahasiswa.

Ini tentu saja berkaitan dengan upaya perjuangan PMII yang tak bisa dilakukan sendiri. Bagdja mengungkapakn bahwa pada masa kepemimpinannya pada tahun 1977-1980 diaktifkan kelompok Cipayung. Saat ini kerjasama antar organisasi mahasiswa seperti itu tetap diperlukan untuk berjuang menghadapi berbagai persoalan bangsa seperti korupsi, penyelewengan kekuasaan, pendidikan dan lainya.(mkf)