Jakarta, NU Online
Banyaknya usulan dari berbagai cabang agar bisa menambah jumlah peserta lebih dari 7 orang tampaknya tidak bisa direalisir. Rapat koordinasi panitia muktamar (1/10) yang dipimpin oleh Ketua Panitia Muktamar Ahmad Bagdja dan dihadiri KH Hasyim Muzadi memutuskan bahwa tidak mungkin menambah jumlah peserta.
Tujuh orang yang menjadi peserta tersebut adalah 1 orang mustasyar, 2 orang dari tanfidziyah, 2 orang dari syuriah, dan 2 orang peninjau. Namun demikian, dimungkinkan para penggembira dari berbagai cabang mengikuti acara tersebut, tetapi tentu saja dengan biaya sendiri.
<>Selain peserta, juga ada undangan khusus yang tidak menjadi peserta atau peninjau,. Mereka adalah para kyai yang diundang secara khusus maupun para pengamat yang datang dari dalam maupun luar negeri yang ingin mengetahui jalannya muktamar secara langsung.
Untuk memudahkan penentuan peserta muktamar, juga diusulkan agar peserta yang diterima adalah mereka yang sudah melakukan konferensi cabang atau konferensi wilayah sebelum tanggal 20 oktober sehingga verifikasi pengesahan kepengurusan mereka jelas.
Namun demikian, hal ini mungkin masih perlu dipertimbangkan karena adanya acara pemilu, mulai dari pemilu legislatif sampai dengan pilpres tahap II. Keadaan ini kurang memungkinkan wilayah atau cabang melakukan konferensi. Saat ini wilayah sedang melakukan konferesi wilayah adalah DKI Jakarta (2-4 Oktober) sedangkan wilayah Aceh 5- 8 Oktober.
KH Hafiz Usman yang turut hadir dalam rapat juga mengingatkan pengalaman muktamar di Lirboyo. “Ada cabang yang baru diverifikasi menjelang pemilihan. Hal ini jangan sampai terulang kembali dalam muktamar kali ini,” ungkapnya.
Verifikasi peserta yang berhak ikut juga sangat penting agar nanti tidak ada protes karena merasa diundang tetapi tidak diperbolehkan mengikuti agenda muktamar. Saat ini cabang-cabang yang belum siap mungkin adalah daerah kabupaten hasil pemekaran. Panitia berharap agar mereka tidak terlalu memaksakan diri.
Untuk memudahkan proses pendaftaran, panitia berencana menggunakan nomer urut antrian seperti layaknya di bank. Ketika mendaftar, peserta mengambil nomer antrian dan kemudian dapat menikmati teh dan hidangan yang disediakan dalam ruangan yang nyaman sampai kemudian nomer urut yang sudah menggunakan sistem yang terkomputerisasi memunculkan nomer antriannya di monitor.(mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
2
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
3
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
6
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
Terkini
Lihat Semua