Pesantren Perlu Masukkan Kurikulum “Tijariah”
NU Online · Selasa, 28 Agustus 2007 | 06:50 WIB
Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren terkait erat dengan berdirinya Nahdaltul Ulama (NU) sebagai sebuah organisasi sosial keagamaan di Indonesia. Salah satu unsur terbentuknya NU adalah karena perhatian para ulama tempo dulu terhadap kondisi perekonomian umat. Dalam sejarahnya sebelum NU terbentuk, lebih dulu diawali dengan munculnya gerakan Nahdhat al-Tujjar (kebangkitan pedagang). Untuk mengantisipasi perkembangan zaman dan tantangan globalisasi, kini, pesantren perlu memasukkan dan mengembangkan kurikulum ”tijariah” .
Pernyataan tersebut diungkapkann Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sukabumi, KH. Abdul Basyid saat membuka sebuah seminar tentang manajemen pendidikan pondok pesantren di Pondok Pesantren Al-Amin, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (25/08).<>
Lebih lanjut, KH. Abdul Basyid yang juga Pengasuh Pesantren Al-Amin ini mengungkapkan bahwa lulusan pesantren sangat beragam.
” Tidak semua lulusan pesantren nantinya menjadi kiai dan ustadz. Jika orangtuanya tidak memiliki pesantren atau majelis taklim maka santri tadi ’lari’ ke bidang perdagangan yang kompetisinya sangat ketat di masyarakat. Maka perlu kiranya pesantren mempersiapkan santrinya mempunyai skill yang matang dalam bidang ekonomi,” terangnya di hadapan 60 peserta yang berasal dari pesantren-pesantren se-kebupaten Sukabumi.
Panitia pelaksana seminar, H Wildan Fadila, menjelaskan bahwa seminar ini merupakan kelanjutan program pengiriman kepala/wakil kepala sekolah NU di Universitas Leeds, Inggris. Seminar ini terlaksana berkat kerjasama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan British Embassy Jakarta.
Seminar ini juga menghadirkan pembicara dari Kepala Bidang Pekapontren Kanwil Depag Provinsi Jawa Barat, Drs H Sukanda Hidayat MM, Alumnus Program Pelatihan Singkat Manajemen Pendidikan, Universitas Leeds, Mulya Rahayu, LC, Dosen Pasca Sarjana Institut Manajemen Jakarta, Ir. Deni Kahyantini Dewi MM. Seminar juga dihadiri alumnus Universitas Leeds, Abdul Qadir Jailany, yang juga praktisi pendidikan di kota Jambi.
Sukandar memaparkan, Depag berusaha meningkatkan pesantren agar lebih maju dengan membuka kesempatan santri untuk memasuki universitas terkemuka di Indonesia seperti UI, UGM, ITS dan ITB. ” Setelah dua tahun program ini berjalan, ternyata lulusan pesantren mampu bersaing dengan lulusan di luar pesantren. Artinya persantren mempunyai kekuatan dan potensi,” ujar Sukandar. (dar)
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua