Pesantren Al-Aman Sukabumi Galakkan Pengembangan Pertanian
NU Online · Senin, 24 Mei 2010 | 08:12 WIB
Sektor pertanian perlu terus diperkuat dan dikembangkan, agar nasib para petani maupun nelayan yang umumnya hidup di bawah garis kemiskinan dapat terangkat. Demikian diutarakan oleh Pengasuh Pesantren Al-Aman Sukabumi, K Masmu Fudholy dalam perbincangan dengan NU Online di Sukabumi, Senin (24/5).
“Mayoritas warga miskin tinggal di pedesaan. Umumnya berprofesi sebagai petani, buruh tani maupun nelayan. Pesantren perlu memikirkan hal ini, karena akses dan keberadaannya lebih bisa diterima oleh mereka,” kata Masmu.<>
Karena itu, pesantren yang berlokasi di Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, menjadikan pemberdayaan petani sebagai salah satu prioritas program.
Pesantren Al-Aman memiliki sekitar 10 hektar areal pertanian yang tersebar di beberapa kecamatan di wilayah selatan Sukabumi yaitu di Desa Cikarang Mekar, dan Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu serta Desa Cilangkap, Kecamatan Lengkong.
“Areal yang kami miliki cocok dikembangkan sebagai lahan pengembangan hortikultura, hutan pendidikan hingga perkebunan,” kata Masmu.
Masmu menegaskan, pihaknya bertekad lahan yang dimiliki Pesantren Al-Aman dapat dikelola secara optimal untuk memberdayakan petani. Terutama para petani yang tinggal di sekitar pesantren maupun di sekitar lahan milik pesantren.
Guna memperkuat program tersebut, lanjut Masmu, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan sejumlah ahli dari Instutut Pertanian Bogor (IPB), untuk melakukan kajian dan bimbingan teknis.
Al-Aman merupakan salah satu pesantren tertua di Sukabumi. Pesantren ini dirintis sejak tahun 1954. Pesantren ini berkembang pesat pada era kepemimpinan KH Muhammad Fudholy Sanusi. Selepas meninggalnya KH Muhammad Fudholy pada 2006 silam, kepemimpinan pesantren dilanjutkan sang putra, K Masmu.
Dalam empat tahun terakhir, perkembangan Pesantren Al-Aman semakin pesat. Hal tersebut ditunjukkan dengan revitalisasi asrama santri baik putra maupun putri, pembangunan gedung madrasah tsanawiyyah (MTs), pendirian gedung madrasah aliyah (MA) hingga pengadaan fasilitas koperasi pondok pesantren (kopontren).
Saat ini pesantren yang bercorak salafiyah tersebut dihuni sebanyak 700 santri yang berasal dari berbagai daerah di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Salah satu prestasinya adalah juara dua nasional pembangunan gedung MTs. (hir)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
4
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
5
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua