Warta ISLAH PARPOL BERBASIS NU (4)

Pertarungan antara Konsep Marger dan Akuisisi

NU Online  ·  Kamis, 27 Mei 2010 | 10:17 WIB

Jakarta, NU Online
Sekjen PKB Lukman Edy mengakui sulitnya menyatukan suara para aktifis politik NU untuk menyelamatkan politik NU dalam mengantisipasi naiknya parliamentary threshold lima persen para 2014 mendatang.

Komite Islah antar PKB dan PKNU juga melibatkan faksi-faksi yang berkonflik di dalam tubuh PKB sendiri. Sebagian kelompok masih enggan mengikuti proses islah ini karena takut terjadinya reposisi-reposisi jabatan strategis dalam tubuh PKB sehingga secara individual akan dirugikan, meskipun secara institusional, politik NU akan semakin kuat.<>

Jika ditanya mengenai apakah islah itu perlu atau tidak, seluruh komponen politik NU pasti akan menjawab Ya... tetapi terjadi perbedaan konsep yang mendasar dalam islah ini.  Lukman Edy menjelaskan, ada kelompok yang menggunakan pendekatan islah terbatas atau akuisisi sedangkan fihak lainnya menginginkan pendekatan marger dengan posisi awal setara.

Pada konsep akuisisi, fihak yang selama ini merasa menang berharap fihak lain mengakui dalam posisi kalah dan selanjutnya akan diakomodasi dalam struktur baru. Pada konsep marger, semua fihak yang berkonflik duduk dalam posisi setara dan menggelar muktamar akbar untuk menyusun kepengurusan baru.

Dijelaskannya, komite islah ini sifatnya hanya ad hoc dan informal, yang jika semua fihak sepakat, maka nantinya hanya akan mengantar sampai pada muktamar akbar yang melibatkan seluruh komponen. “Jadi kita tidak bisa menjamin posisi seseorang, biar nanti muktamirin yang menentukan,” tandasnya dalam bincang-bincang dengan para wartawan, Rabu malam.

Ditegaskannya, komite islah ini bukan untuk membuat konflik baru, tapi menyelesaikan konflik lama yang masih ada, buktinya sampai sekarang masih ada gugatan-gugatan dan kesalahfahaman.

Komite Islah yang digagas sejauh ini hanya dimotori oleh kalangan kesekjenan, belum sampai melibatkan ketua umum partai yang memiliki posisi menentukan. Dalam deklarasinya di Ancol Ahad (15/5) lalu,

Fungsionaris Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ancol yang hadir antara lain Lukman Edy, Eman Hermawan, dan Ahmad Niam Salim. Dari PKB Parung hadir Lalu Misbach Hidayat, Hermawi F Taslim, Ikhsan Abdullah, dan Masduki Baidowi. Wakil dari Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) hadir Idham Cholied dan Fathoni.

Lukman Edy menjelaskan, sejauh ini belum ada komunikasi secara formal dengan Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum PKB dan Khoirul Anam sebagai ketua umum PKNU. Komunikasi masih dilakukan secara informal.

Mantan menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) ini menjelaskan, masing-masing kelompok yang saaat ini sedang berkonflik memiliki kelebihan. PKB Ancol memiliki legitimasi formal dengan para aktifis yang sangat agresif, PKB Kalibata memiliki kekuatan kultural dengan simbol Gus Dur sedangkan PKNU memiliki simbol kiai-kiai besar.

Berbeda dengan partai lain, partai berbasis NU merupakan partai organik yang memiliki basis kultural yang kuat yang disimbolkan oleh para kiai. Namun demikian, keberadaan kiai saja tak akan mampu mendongkak suara, terbukti dengan kegagalan PKNU dalam pemilu 2009. Karena itu, diperlukan gabungan antara kiai dan aktifis progresif.

“Jika kita bisa bersatu kembali, saya yakin, perolehan suara 10 persen bisa kita ambil lagi,” tandasnya.

Dengan hanya 28 anggota di DPR RI, ia merasa perbedaan terjadinya perbedaan yang jauh dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan jumlah kursi diatas 50. Dalam berbagai pansus, PKB hanya bisa menempatkan satu atau dua wakilnya saja dan penghargaan fihak lain juga terasa semakin berkurang.

“Pak Mahfud MD dan Ibu Khofifah dianggap sebagai tokoh potensial pada pemilu tahun 2014 oleh harian Seputar Indonesia, pertanyaannya, kendaraan politik apa yang bisa mereka pakai,” tandasnya.

Ia berharap PKB yang merupakan partai baru yang langsung melejit dalam pemilu 1999 dan terus bisa bertahan pada tahun 2004, tapi terpuruk pada pemilu 2009 dapat mengembalikan kejayaan ini, bukan malah hilang.

“Saya tidak mau menjadi sekjen terakhir PKB,” ujarnya. (mkf)