Warta

Perpecahan di PCNU Lamongan Akibat Kekagetan Warga NU Pada Situasi Baru

NU Online  ·  Senin, 11 April 2005 | 13:58 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua PWNU Jatim Ali Maschan Moesa mengungkapkan bahwa perpecahan di PCNU Lamongan akibat Ketua Tanfidziyah PC NU Lamongan Tsalist Fahami mencalonkan diri menjadi wakil bupati berpasangan dengan Mantan Bupati Masfuk melewati PAN merupakan akibat dari kekagetan warga NU menghadapi situasi baru, yaitu Pilkada.

Dosen IAIN Sunan Ampel tersebut menjelaskan bahwa persoalan yang terjadi sebenarnya masalah beda pendapat saja. Pencalonan Tsalis berdasarkan ART NU pasal 45 ayat 3 boleh saja, tetapi harus non aktif selama masa pencalonan dan kalau terpilih harus mengundurkan diri.

<>

“Sebenarnya persoalannya bukan disitu, persoalannya mengapa dia berangkat tidak lewat PKB. Dari segi aturan Pak Tsalist tidak salah, tapi dari segi etika, masyarakat Lamongan tidak dapat menerima, karena itulah Majelis Wakil Cabang (MWC) menginginkannya mundur,” tandasnya.

Dalam Musyawarah Kerja Cabang ( Muskercab) III PC NU Lamongan yang diselenggarakan di Ponpes Tanfiqur Qoyyi, Ngroyok Lamongan beberapa waktu lalu berakhir ricuh. Sekitar 135 orang utusan dari Majelis Wakil Cabang ( MWC) dan ranting NU yang menjadi peserta musker melakukan aksi Walk Out (WO).

Aksi WO dilakukan karena tidak puas dengan Ketua Tanfidziyah PC NU Lamongan Tsalist Fahami yang didesak mundur dari kursi pengurus cabang NU Lamongan karena dianggap telah menyalahgunakan amanat MWC dengan mau menerima pinangan untuk menjadi calon wakil Bupati dari mantan Bupati Lamongan Masfuk pada 30 Juni mendatang.

NU Lamongan punya calon sendiri yakni Taufikurrachman Saleh . Akibat ketidakpuasan peserta Musker yang saat itu membahas masalah organisasi akhirnya ditinggal oleh peserta musker. Tampaknya tuntutan MWC sudah harga mati, yakni mencabut mandat yang diberikan  pada Tsalist dan Rais Syuriyah yang dianggap ikut andil.

Usai melakukan aksi WO dan keluar dai arena Musker, peserta langsung melakukan aksi menduduki kantor PC NU Lamongan di Jl. Kiai Amin, serta meneruskan agenda Musker dengan menunjuk Rais Syuriyah baru dan Tanfidziyah baru.

Akibat adanya kepengurusan kembar tersebut, Ali Maschan mengungkapkan bahwa kedua kedua pihak sudah dipertemukan di kantor PWNU Jatim. “MWC menginginkan Pak Tsalis dipecat, PWNU tidak bisa melakukan karena dari segi aturan tidak salah. Tapi karena ngotot, yaa sudahlah kita serahkan ke PBNU, kita juga sudah berkomunikasi dengan pak Hasyim,” tandasnya.

Dalam mensikapi kasus ini, PWNU bersikap sebagai orang tua yang akan ngemong kedua belah pihak yang sedang konflik dan akan membantu menyelesaikannya dengan baik.

Sebelumnya PWNU telah mengeluarkan edaran yang menganjurkan agar para ketua tanfidziyah dan rais syuriyah di seluruh cabang Jatim tidak mencalonkan diri jika tidak mampu memanage konflik. “NU kan tidak mungkin menutup rapat rapat peluang warga NU untuk berpolitik. Namun PW NU membuat aturan yang melarang penggunaan institusi NU untuk tujuan politik,” tandasnya.(mkf/ris)