Warta

Perlu Kerjasama Untuk Wujudkan Ukhuwah Wathaniyah

NU Online  ·  Rabu, 9 Juli 2003 | 05:57 WIB

Jakarta, NU.Online
Pengasuh Pondok Pesantren (ponpes)
Rudhatul Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, KH. Mustofa Bisri mengimbau semua pihak untuk membantu mewujudkan "ukhuwah wathaniyah" (kerukunan untuk bangsa dan negara).

Mewujudkan ukhuwah wathaniyah bukan pekerjaan mudah sehingga perlu upaya keras dari semua pihak, katanya dalam ceramah tentang  Ukhuwah Wathaniyah dan Kontribusi Umat Isalam Bagi Masa Depan Bangsa di Yogyakarta, rabu.

<>

Ceramah tersebut diselenggarakan dalam rangka "halaqoh" (pertemuan Nasional) para ulama/pengasuh ponpes tentang "Ukhuwah  wathaniyah" (kerukunan Bangsa, Negara dan Tanah Air) di Ponpes Krapyak Yogyakarta.

Menurut dua, untuk mewujudkan ukhuwah wathaniyah, terlebih dulu harus diciptakan kerukunan dalam skala lebih kecil, seperti kerukunan sesama anggota "nasabiyah" (keluarga), organisasi  kemasyarakatan (ormas) dan sesama pemeluk agama. "Meskipun untuk mewujudkan cita-cita itu menghadapi banyak kendala, tetapi ulama/pengasuh ponpes harus tetap bekerja secara  sungguh-sungguh," katanya.

Ia menjelaskan, salah satu cara untuk mewujudkan ukhuwah  wathaniyah adalah dengan menghilangkan penjajahan terhadap sesama  manusia, karena penjajahan akan mengakibatkan perpecahan di antara sesama manusia.

Umat Islam harus memahami dan mengamalkan secara sungguh-sungguh  ajaran agamanya, sehingga mereka tidak dijajah oleh siapapun  dan apapun termasuk oleh setan.

Sementara itu, Guru Besar dan Rektor Institut Agama Islam  Negeri (IAIN) Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, mengatakan, untuk menciptakan kerukanan Bangsa, Negara dan Tanah Air, perlu  dikembangkan kepedulian dan program bersama untuk memecahkan  berbagai persoalan yang ada.  

"Langkah yang harus ditempuh antara lain memberdayakan demokrasi, menciptakan pemerintahan yang baik, keadilan ekonomi,  sosial, dan politik serta menegakkan supremasi hukum," katanya.

Ia menambahkan, jika semua langkah tersebut dapat terwujud, maka umat beragama dapat mewujudkan agamanya sebagai "rahmatan lil’alamin" (rahmat bagi semesta alam), yang pada gilirannya akan menciptakan kerukunan di tengah masyarakat. (Ant/Cih)