Warta

Perlakuan Sama Bukan Menyamakan Agama

NU Online  ·  Selasa, 12 Januari 2010 | 04:24 WIB

Brebes, NU Online
Upaya pemerintah dalam memberikan perlakuan yang sama pada semua agama yang ada di Indonesia, bukan berarti menyamakan agama. Perlakuan itu sebagai upaya membina toleransi antar umat beragama. Sehingga meskipun ada perbedaan tapi tidak ada diskriminasi.

“Agama yang satu dengan yang lain beda, karena memiliki kitab suci yang berbeda-beda pula,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Desa Luwungragi Kecamatan Bulakamba, Brebes Jawa Tengah KH Subekhan Ma'mun saat memberi tausiyah pada malam Doa Bersama Lintas Agama di Markas Kepolisian Resort (Mapolres) Brebes, Senin malam (11/1).<>

Menurutnya, yang dijalin adalah bagaimana agar antar umat beragama menjalani peribadatan dengan tenang, khusyu dan damai. Kita sama-sama beribadah dan bekerja dengan tidak mengusik satu-sama lainnya.

Dia menandaskan, sebagai kaum mayoritas tidak diperkenankan melakukan penindasan kepada  kelompok minoritas. Sehingga menurut Kiai, ada tiga hal yang perlu dipedomani sebagai modal menjaga kerukunan, sehingga persatuan tidak terbelah. “Modal tersebut yakni saling pengertian, saling keterpaduan dan saling keterbukaan,” paparnya.

Memang pada intinya, ada empat hal yang bisa menguatkan manusia, yakni kekuatan akal, kekuatan emosional, kekuatan syahwat dan biologis. Empat kekuatan tersebut, bila tidak disinergikan maka akan berbuah perilaku yang menyimpang, yakni tindak kejahatan. Akibatnya adalah kedzoliman yang merajalela.

“Allah menjamin tidak akan memberi cobaan pada orang tidak pernah berbuat dzolim,” ucap kiai seraya menyitir sebuah ayat Al Quran.

“Ketika terjadi seekor lebah madu menyengat kita, tidak berarti kita harus membasmi kawanan lebah. Sebab bila semua lebah dibasmi, maka tidak ada lagi madu yang kita minum,” ujarnya berfilsafat.

Untuk itu, Kiai Subekhan memberikan resep untuk yang bila dikerjakan akan mensejahterakan umat manusia dan pahalanya terus mengalir. Resep tersebut meliputi 7 perlakuan positif manusia. Pertama, mengajarkan ilmu, kedua menyediakan saluran irigasi ataupun saluran pembuangan limbah rumah tangga. Selanjutnya, membuat sumber air (sumur), menanam pohon, membangun tempat ibadah, meninggalkan keturunan yang berkualitas dan mewariskan kitab atau tulisan.

Rangkaian Doa Bersama awal tahun 2010 diawali oleh Pemuka Agama Konghuchu Yulianawati, doa kedua dari Perwakilan Hindu Pinandhita Suharto. Agama Budha diwakili Liman Suhadi, Protestan oleh Agus Yusac dan Katolik Andrias Irianto serta Agama Islam oleh KH Ahmad Said Basalamah.

Kapolres   Brebes AKBP Beno Louhenapessy, SIk, MH selaku penyelenggara menjelaskan, digelarnya doa bersama lintas agama itu bertujuan untuk menjaga agar Brebes aman, damai dan kondusif. Di samping itu sebagai ajang forum silaturahim. Termasuk memohon agar Brebes terhindar dari segala marabahaya baik bencana alam maupun bencana insan.

Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Brebes H Indra Kusuma S Sos, tokoh Agama, tokoh masyarakat, anggota Polri dan masyarakat. (was)