Perempuan Pembuat Roti di Libya Kerja Keras Jelang Ramadhan
NU Online · Kamis, 28 Juli 2011 | 06:30 WIB
Benghazi, NU Online
Ada perang saudara atau tidak, setiap tahun bulan suci umat Muslim, Ramadhan, harus dihormati dan di kubu pemberontak Libya, Benghazi, perempuan pembuat roti bekerja lembur untuk memenuhi permintaan.
Puluhan perempuan mengolah adonan untuk membuat kue yang manis dan asin di pabrik roti kondang Al-Harabi. Mereka tak goyah oleh pertempuran yang tak kenal henti, temperatur panas yang menyengat kulit, pemadaman listrik dan anggaran ketat.<>
Ramadhan, ketika umat Muslim berpuasa dari fajar hingga senja, dijadwalkan dimulai pada 1 Agustus.
Selama bulan suci itu, anggota keluarga di Libya berkumpul untuk berbuka dengan makanan mewah yang harus meliputi kue keju dan zaitun dan manisan khas Ramadhan.
Revolusi yang dilancarkan pada Februari untuk menggulingkan pemimpin Libya Muamar Gaddafi telah mengubah kehidupan di negeri tersebut jungkir-balik, demikian laporan wartawan AFP Dominique Soguel, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu (27/7).
Kaum pria, pencari nafkah tradisional, pergi ke medan tempur atau kehilangan pekerjaan mereka, universitas dan sekolah tutup, dan kegiatan usaha serta rumah tangga mengalami pemadaman listrik setiap hari.
Akibatnya ialah kaum perempuan telah keluar rumah untuk mencari pekerjaan, dan banyak perempuan mendapat pekerjaan di Al-Harabi.
"Kami tak punya uang, tapi saya punya waktu luang, jadi saya mulai mencari pekerjaan di sini," kata Iman al-Jihani (22), mahasiswa kedokteran yang juga menjadi relawan dua malam per pekan di bagian operasi di rumah sakit Al-Jalaa di Benghazi.
Di pabrik roti, ia mendapat gaji bulanan 275 dinar libya (sekitar 230 dolar AS), yang dibayarkan tepat pada waktunya --tidak seperti ayahnya, seorang polisi, yang gajinya dibayarkan selalu terlambat.
Gaji Al-Jihani membantu meringankan tekanan untuk menafkahi lima mulut di rumahnya.
Buat Ghada Ali (20), bekerja di pabrik roti tersebut adalah masalah kelangsungan hidup.
Ayah perempuan muda itu dan dua saudara lelakinya pergi berjuang di Brega dan Misrata, dua garis depan di sebelah barat Benghazi, sehingga Ghada Ali harus merawat ibunya, yang sakit, dan tiga saudara perempuannya.
"Saya bertanggung jawab atas semuanya sekarang, bahkan sewa rumah," katanya. Ia sedang meremas adonan dan berhenti sebentar untuk menyeka keringat serta air mata dari wajahnya. "Saya khawatir sepanjang waktu. Setiap saat saya memikirkan mereka."
Pada masa damai, pabrik roti itu berhasil gemilang. Pabrik tersebut dibuka pada 2006 dengan hanya empat perempuan pembuat roti. Sekarang, sebanyak 70 perempuan pegawai memenuhi pabrik berlantai tiga tersebut.
"Manisan adalah ciri khas perempuan," kata Selma Abdelsalam (50), saat ia membungkus kurma Tunisi di dalam adonan.
Pabrik roti tersebut menjual tak kurang dari 100 jenis roti manis yang dijual di berbagai daerah, ke timur sampai Tobruk di dekat perbatasan dengan Mesir, dan Kufra di selatan di dekat perbatasan dengan Chad.
"Sekarang kami membuat kue dengan warna revolusi untuk merayakan kebebasan di Libya," kata Wisha Ibrahim, yang telah bekerja di pabrik itu sejak tempat tersebut pertama kali dibuka.
Kadang-kala pabrik itu mengirim produknya ke garis depan untuk memberi petempur rasa berada di rumah, katanya.
Sementara Ramadhan pertama "di Libya yang Bebas" hampir tiba, kaum perempuan berharap dapat menyaksikan terwujudnya permintaan makan panggang dengan rasa asin dan manis serta pasta khusus buat Eid al-Fitri, yang menandai berakhirnya bulan suci.
Tapi pemilik pabrik tersebut Mohammed al-Harabi khawatir permintaan akan berkurang tahun ini akibat kurangnya peredaran uang kontan selama beberapa bulan belakangan.
"Masalahnya adalah uang," kata al-Harabi. "Orang tak mempunyai penghasilan, karena ada penundaan pembayaran gaji."
Pemadaman listrik setiap hari mulai dari empat sampai enam jam di daerah itu adalah tantangan lain buat pengusaha.
"Pemadaman listrik mempengaruhi operasi kami sebab separuh peralatan kami memerlukan listrik," kata penyelia Najla Saad (32).
Untungnya, oven Italia dioperasikan dengan menggunakan minyak bahan bakar, dan dapat membakar beragam roti lezat.
Redaktur: Mukafi Niam
Sumber : Antara
Terpopuler
1
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
2
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
3
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
4
Pengumuman Hasil Seleksi Wawancara Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
5
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
6
Mudir 'Ali JATMAN: Tarekat adalah Warisan Asli Wali Songo
Terkini
Lihat Semua