Warta

Penerjemahan Al-Qur’an Perlu Bercorak Sastra

NU Online  ·  Jumat, 30 Maret 2012 | 00:10 WIB

Jakarta, NU Online
Penguasaan kaidah bahasa Arab yang minim memaksa sementara orang mengacu kepada terjemahan saat memahami al-Quran. Namun, tidak semua terjemahan kitab rujukan sentral umat Islam itu yang memuaskan pemahaman. Untuk mencapai penghayatan yang membatin, masyarakat membutuhkan pola terjemahan bahasa Indonesia yang bercorak sastra.

Pendapat itu seperti disampaikan Katib Syuriah PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat mengisi taushiyah pada acara Istighosah dan Pengajian Bulanan yang digelar Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU) di halaman gedung PBNU, Rabu (28/3) malam.<>

Turut hadir dalam acara itu Ketua PP LDNU KH Zakky Mubarak, Ketua Majlis Ulama Indonesia DKI Jakarta KH Ibrahim Karim, KH Abu Na’im Khofifi, dan sejumlah pengurus PBNU dan ulama lainnya.

Yahya menceritakan kekagumannya terhadap D Zawawi Imron dalam Pidato Kebudayaan Menimba Menimba Ilham Vitalitas dari Nilai-nilai Pesantren yang ia simak sesaat sebelum menyampaikan taushiyah. Menurut dia, terjemahan sastrawi terhadap surat at-Thariq yang kemukakan di sela pidato kebudayaan penyair ‘Celurit Emas’ ini mampu menyentuh lubuk sanubari.

Di atas mimbar, Zawawi menyinggung soal keutamaan menggunakan bahasa secara indah. Baginya, bahasa merupakan cerminan pola pikir dan perilaku pribadi seseorang. Zawawi lalu menjelaskan keindahan tata bahasa al-Qur’an, dan mencontohkan surat al-Ikhlas dan at-Thariq yang kemudian beliau terjemahkan secara puitis.

Terjemahan yang kaku sering kali menjadi hambatan bagi pembaca al-Qur’an merasakan kedalaman pesan yang disampaikan Kitab Suci. “Kita butuh penerjemahan al-Qur’an dari orang-orang seperti Pak Zawawi ini,” katanya.

Seperti diketahui, tahun lalu produk penerjemahan al-Qur’an yang dikeluarkan Departemen Agama sempat menjadi bahan polemik. Sebagian kritikus menilai produk ini masih terlalu harfiah dan rentan disalahpahami. Sehingga, di kemudian hari perlu disediakan penerjemahan alternatif.


Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis   : Mahbib Khoiron