Warta

Penerbangan Haji Mulai Terbuka untuk Swasta

NU Online  ·  Selasa, 24 Juni 2008 | 20:51 WIB

Jakarta, NU Online
Pemerintah memastikan tahun ini penerbangan haji akan terbuka untuk maskapai swasta, menyusul kebijakan baru yang diterapkan pemerintah Arab Saudi.

"Arab Saudi sudah membuka diri dari single designated menjadi multi designated, termasuk untuk penerbangan haji reguler," kata Dirjen Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan (Dephub) Budhi M Suyitno kepada pers, usai menandatangani perjanjian hubungan udara Indonesia-Yunani di Jakarta, Selasa (24/6).<>

Dalam konteks itu, kata Budhi, Arab Saudi termasuk mengalami kemajuan yang signifikan karena sekitar 30 tahun lebih, kedua negara bertahan hanya kebijakan tunggal untuk maskapainya.

"Artinya, selama itu, hanya Garuda yang bisa terbang ke Arab Saudi. kini, tidak lagi. Hal yang sama juga diberlakukan Arab Saudi ke Malaysia," katanya.

Kebijakan multi designated itu, kata Budhi, disepakati dalam pertemuan di Bali antara kedua Direktorat Perhubungan Udara kedua negara pada Mei 2008.

Dalam pertemuan itu, Arab Saudi mengizinkan penambahan frekuensi penerbangan reguler langsung ke Arab Saudi dari tujuh kali per minggu menjadi 21 kali per minggu.

Tidak hanya itu, Arab Saudi sudah mendeklarasikan bahwa untuk maskapai yang masuk kategori I ketika masuk ke bandara di sana, tanpa diaudit dulu, sedangkan untuk kategori II, harus diperiksa dulu.

Lion Berminat

Budhi menjelaskan, salah satu maskapai yang sudah berminat dan paling siap adalah Lion Air. Maskapai itu, kata Budhi, sedang menunggu proses kedatangan pesawat B747-400 yang disebut-sebut akan dioperasikan pada penerbangan langsung, Jakarta-Arab Saudi.

Direktur Angkutan Udara Departemen Perhubungan Tri Sunoko pada kesempatan sama menjelaskan, pengajuan dari Lion Air untuk terbang ke Arab itu sudah diteruskan ke Departemen Luar Negeri. "Butuh izin dari Departemen Luar Negeri sana (Arab)," katanya.

Tri mengatakan, rencana terbang Lion Air ke Arab itu harus didukung dengan pesawat yang memadai yakni Boeing 747-400.

Menrut dia, pesawat jenis itu dapat memenuhi aspek efsiensi penerbangan ke Arab selama 10 jam. Jika Lion menggunakan pesawat Boeing 737-900 Extended range (ER) miliknya, maka cenderung boros sebab harus transit.

Dia juga menyarankan, Lion sebaiknya melakukan penerbangan dengan frekuensi minimal tujuh kali per minggu. "Kalau tanggung-tanggung, rugi karena konsumen butuh kepastian setiap hari," kata Tri. (ant/nur)