Warta

Pendidikan Agama di Sekolah Dinilai Gagal

NU Online  ·  Jumat, 30 Mei 2003 | 18:44 WIB

Jakarta, NU.Online
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Sahal  Machfudz yang juga Rais 'Aam (Syuriah PBNU) menilai, pendidikan agama yang berlangsung di sekolah selama ini gagal, belum seperti yang diharapkan.

"Pendidikan agama di sekolah belum memuaskan, sehingga pelaksanaannya perlu dikaji ulang," katanya usai menjadi pembicara pada Semiloka ‘Pluralisme dalam Aksi’ di Semarang, Kamis (29/05/03)

<>

Menurutnya, baik metode, kurikulum maupun materi pendidikan agama di sekolah perlu diubah dan harus dikaji ulang secara mendalam untuk bisa menghasilkan anak didik yang berkualitas, baik dari segi intelektualitas maupun moralitas.

Selama ini, katanya, yang berlangsung bukan pendidikan agama, tetapi hanya pengajaran, karena dalam pendidikan itu harus ada internalisasi (pembatinan nilai)terhadap anak didik.

"Bagaimana menginternalisasi agama kepada anak didik, ini yang penting dan selama ini belum bisa dilakukan," katanya.

Lebih lanjut dikemukakan, sebenarnya jam pelajaran agama di sekolah sudah cukup, tetapi guru hanya mentransfer bukan internalisasi. Masih menerapkan pola subyek-obyek dalam pola pengajaran, sehingga menghambat kreativitas dan cara berpikir anak didik. 

Sementara itu, dalam semiloka tersebut, KH Sahal Machfudz mengatakan, pluralisme merupakan sunatullah. Di era demokrasi ini bagaimana kebersamaan dalam keragaman itu bisa muncul.

Sebelum reformasi, katanya, pluralisme tidak mendapatkan tempat yang baik, karena semua serba seragam.

Sekarang pluralisme mendapat keabsahan yang luar biasa, katanya, namun ironisnya dimanfaatkan orang-orang tertentu sehingga menimbulkan ketidakbersamaan.

"Orang awam menanyakan mengapa dulu dalam keseragaman suasana bisa tenang, tetapi mengapa dalam pluralisme menjadi seperti ini," katanya, menanggapi maraknya pro kontra sistem pendidikan kita akhir-akhir ini.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam menghadapi pluralisme, antara lain demokrasi yang sedang berlangsung di tanah air ini akan muncul ketidaksamaan dalam kebersamaan, kemudian diperlukan keadilan ekonomi karena masih banyak kemiskinan yang belum disantuni. (Kd-S/Ast/Cih)