Warta

Pemerintah Imbau Ulama Pimpin Doa dan Zikir

Kamis, 8 Maret 2007 | 16:34 WIB

Medan, NU Online
Pemerintah, melalui Menteri Agama (Menag) Maftuh Basyuni mengimbau para ulama, pimpinan pondok pesantren untuk memimpin umat melakukan doa dan zikir bersama untuk keselamatan bangsa dan negara.

“Pada hari Jumat, Bapak Presiden akan melakukan doa dan zikir serta taubat nasuha di Masjid Istiqlal, Jakarta,” kata Menag sebagaimana dinyatakan dalam siaran pers yang diterima NU Online. Menag menyatakan hal itu pada silaturahim dengan alim ulama se-Sumatera Utara, di Asrama Haji Medan, Kamis (8/3).

<>

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedianya akan hadir pada acara tersebut, namun berhalangan karena gempa bumi di Sumatera Barat dan kecelakaan pesawat Garuda Indonesia.

Pada acara yang dihadiri sekitar 1.000 ulama, pimpinan pondok pesantren serta ormas Islam itu, hadir Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede, Ketua MUI Sumut Prof Dr Abdullah Syah, para Kepala Kanwil Depag se-Sumatera.

Menag mengatakan, pertemuan alim ulama itu memiliki makna penting untuk menangkap aspirasi dalam peningkatan pondok pesantren di masa depan karena tantangan globalisasi yang semakin besar. Sementara, pada tingkat nasional, kualitas sumber daya manusia di negeri ini masih rendah, begitu pula dalam penegakan hukum dan hak asasi manusia.

“Hendaknya menjadi perhatian kita, bahwa peran alim ulama pimpinan pondok pesantren makin besar. Karena itu lembaga pesantren diharapkan dapat meningkatkan tiga fungsi pondok pesantren yang dirangkum dalam trilogi pengembangan pesantren,” ujarnya.

Trilogi itu mencakup, kata Menag, pertama sebagai lembaga keagamaan yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, dan nilai Islam yang melahirkan kader-kader ulama dan pemuka agama di masa depan. Kedua, pesantren sebagai lembaga pendidikan dalam pengembagan ilmu dan teknologi, ekonomi serta budaya yang melahirkan sumber daya manusia produktif menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memilki kepekaan sosial dalam mengatasi masyarakat.

Ketiga, pesantren sebagai lembaga sosial yang menjaga harmoni masyarakat, melakukan kontrol sosial dan sebagai pusat perubahan sosial yang pada gilirannya menumbuhkan penguatan masyarakat. Selain itu, pesantren sebagai salah satu pilar bangsa perlu selalu ditingkatkan.

Ditambahkan, pesantren perlu memilki visi pembangunan yang jelas. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan pesantren antara lain pesantren sebagai agen dakwah. “Dakwah sebagai misi suci yang sudah melekat dalam dunia pesantren. Para ulama, kiai, tuan guru terkenal dengan keikhlasannya akan tetapi dakwah saat ini perlu direspon secara kreatif sehingga sasaran dakwah mampu menjangkau lebih luas dalam masyarakat yang heterogen,” kata Menag.

Selain itu, pesantren sebagai penyemai bibit unggul pesantren perlu mengembangkan kewirausahaan agar para santri lebih memandang masa depannya yang optimis dan memilki daya sains pada tingkat nasional dan internasional. “Pesantren juga sebagai mediator pembanguan pada masyarakat. Mengembangkan wawasan kebangsaan, menebarkan rahmat bagi lingkungan sekitarnya,” pungkasnya. (rif/dpg)