Warta

Pemberontakan Militer Filipina Berakhir

NU Online  ·  Senin, 28 Juli 2003 | 03:43 WIB

Jakarta, NU.Online
Pasukan Filipina yang memberontak setuju mengakhiri perlawanannya di Manila dan kembali ke barak, kata pemerintah setempat. Presiden Gloria Arroyo muncul di televisi dan menyatakan "Krisis Makati berakhir - 296 tentara, termasuk 70 perwira, menyerah dan kembali ke barak". ungkapnya

Tentara pemberontak menduduki kompleks pertokoan bergengsi di Manila hari Minggu pagi waktu setempat, menuntut mundurnya presiden Arroyo. Mereka menuduhnya korupsi. Terobosan dicapai setelah para pemberontak dan pejabat senior pemerintah berunding selama beberapa jam. Tidak terdengar satu tembakan dikeluarkan.

<>

Pemberontak keluar dari kompleks Glorietta, di daerah perdagangan Makati, membawa senjata dan berkotak kotak amunisi. Mereka kemudian dibawa ke barak setelah pendudukan selama 19 jam.

Peledak yang dipasang para pemberontak telah dibongkar. Wartawan menyaksikan senjata anti tank, senapan mesin dan peluncur roket dikeluarkan dari gedung tersebut.

'Tidak ada perlakuan khusus'

Wajah sebagian besar pemberontak terlihat muram, meskipun sebagian dari mereka masih menunjukkan perlawanan dengan meninju ke udara.

Arroyo mengatakan para pemberontak "tidak meminta dan tidak akan diperlakukan istimewa". Ia mengatakan warga sipil yang terlibat peristiwa itu akan diadili. Lima perwira yang berpangkat kapten dan letnan dipandang sebagai pemimpin. Mereka akan "menghadapi akibat tindakannya," katanya.

Letnan angkatan laut Antonio Trillanes, salah satu pemimpin pemberontak, mengatakan para prajurit "siap mati" tetapi mengakhiri aksi mereka untuk mencegah jatuhnya korban yang tidak perlu. Ia meragukan pernyataan perwira militer bahwa perundingan lanjutan akan diadakan. "Saya yakin reformasi ini tidak akan terjadi selama saya masih hidup," katanya.

BBC mengatakan para pemberontak menyerah karena ancaman penggunaan kekerasan. Peristiwa itu dipandang tidak pernah membahayakan pemerintahan Arroyo. Para pemberontak menuntut pengunduran diri Arroyo dan menteri pertahanan, Angelo Reyes. Mereka menuduh pemerintah melakukan serangan teroris di Filipina agar mendapatkan bantuan militer dari Amerika Serikat. (BBC/AFP/Cih)