Warta

PCNU Blitar Sukses Bentengi Warganya

NU Online  ·  Ahad, 28 Agustus 2011 | 01:26 WIB

Blitar, NU Onlline
Kesadaran tentang pentingnya penguatan paham Ahlussunnah Waljamaah kepada warga NU semakin banyak disadari para pengurus NU. PCNU Kabupaten Blitar adalah salah satunya. Melalui Aswaja Center yang baru dibentuk, PCNU Kabupaten Blitar terus melakukan penguatan akidah kepada jama’ahnya dalam bulan Ramadhan ini.
<>
Penguatan paham Ahlussunnah Waljamaah ala thariqati Nahdlatul Ulama itu dilakukan dalam bentuk tiga kali bedah buku tentang Ahlussunnah Waljamaah. Pertama, pada 5 Agustus, membedah buku Pengantar Sejarah Ahlussunnah Waljama’ah karya Ustadz Idrus Ramli, Jember; dengan pembedah Wahidul Anam, M.Ag (Dosen STAIN Kediri)  dan Ustadz Agus Mustahsin (aktifis LBM NU).

Beda buku kedua pada 9 Agustus, dengan judul Madzhab Al-Asy’ari, Benarkah Ahlussunnah Waljamaah? Juga karya Ustadz Idrus Ramli, dengan narasumber penulis buku dan Dr Maftuchin (Ketua STAIN Tulungagung).

Bedah buku ketiga dilakukan pada 20 Agustus lalu. Buku yang dibedah adalah Pemikiran KH Hasyim Asy’ari tentang Ahlussunnah Waljamaah karya Dr Muhibbin Zuhri. Narasumber kali ini adalah penulis buku sendiri yang juga dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan pembanding Prof Imam Malik (Rektor STAIN Bangka Belitung).

“Tujuan acara ini adalah untuk memantapkan akidah Islam ala Ahlussunnah Waljamaah bagi warga NU, sekaligus membentengi warga NU dari paham lain,” kata Wijianto,

Sekretaris Aswaja Center PCNU Blitar Kabupaten, yang bertugas menangani acara tersebut. Tujuan lain, menurut Wakil Ketua PC GP Ansor Blitar tersebut, adalah meyakinkan orang atas kebenaran paham Aswaja NU.

“Jadi ada maksud penguatan ke dalam, sekaligus menjangkau yang di luar,” lanjut alumnus STIT Al-Muslihun, Kenigoro tersebut, kepada NU Online pada Jum’at (26/8) malam.

Menurut lelaki yang juga alumnus Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri itu, tiga kali bedah buku yang ditempatkan di Aula Kantor PCNU Blitar itu terbilang sukses. Setiap bedah buku diikuti antara 250 hingga 300 orang. Mereka berasal dari para pengurus Banom NU, MWC dan guru-guru Ma’arif. 

“Kebanyakan mereka adalah guru-guru Ma’arif,” jelasnya. Ukuran kesuksesan lain, menurut Wijianto, buku-buku yang dibedah dan dijual di tempat acara laku keras. “Ini artinya warga NU memang antusias ingin tahu lebih jauh tentang paham yang mereka ikuti selama ini,” jelas Wijianto.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: M Subhan