Warta

PBNU Tak Akan Turut Campur Konflik di PKB

NU Online  ·  Kamis, 28 April 2005 | 09:07 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi mengungkapkan bahwa PBNU tak akan turut campur dan berpihak pada siapapun terhadap konflik yang saat ini sedang melanda PKB pasca Muktamar II PKB di Semarang.

“PBNU berharap PKB dapat menyelesaikan sendiri masalahnya karena secara institusional PBNU tidak dapat mencampuri urusan di PKB,” tandasnya seusai menerima kunjungan dari rombongan pengurus DPP PKB yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar.

<>

Namun demikian, Hasyim memberi saran agar para pengurus PKB sowan para ulama sepuh, khususnya ke KH Sahal Mahfudz untuk meminta saran. “Jika yang muda-muda ini bertindak, tanpa persetujuan para ulama sepuh maka akan menambah masalah yang sudah ada,” imbuhnya.

Selanjutnya, Hasyim berharap agar terjadi penyehatan dalam tubuh PKB sebagai institusi politik dan sebagai sebuah pranata sosial politik nasional. penyehatan itu ditandai dengan sitematisasi, rasionalisasi, demokratisasi, kaderisasi dan efektifitas dalam setiap pengambilan keputusan sehingga dapat menjadi parpol yang bermanfaat bagi bangsa.

“Kalau Parpol sehat, maka akan melahirkan pemimpin-pemimpin negara yang sehat, sebaliknya, kalau parpol tidak sehat, akan melahirkan para pemimpin bangsa yang tidak sehat juga. Parpol itu akan menjadi salah satu sumber kekuasaan, baik untuk mengisi jabatan legislatif, eksekutif, yudikasit maupun perangkat negara lainnya,” tandasnya.

Berkaitan dengan masalah Pilkada, Hasyim meminta agar PKB tidak menjadi kendaraan politik bagi para calon bupati atau walikota yang tiba-tiba ingin menggunakan PKB untuk kepentingan mereka. “Jika PKB tidak dapat memperjuangkan kadernya sendiri, bagaimana warga NU dapat diminta setia untuk memilih PKB,” tandasnya.

Selain itu, Hasyim juga mengharapkan agar para anggota parlemen dari PKB diberi pelatihan secara khusus untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap mekanisme yang ada. “Jangan sampai mereka mengirim surat ke ketua dengan tulisan Arab pegon (tulisan Arab berbahasa Jawa) nanti malah dikira jimat,” candanya.(mkf/kcm)