Warta

PBNU: Strategi Penanganan Bencana Perlu Masuk Kurikulum Pesantren

NU Online  ·  Senin, 23 Juli 2007 | 14:58 WIB

Jakarta, NU Online
Strategi, sistem, metode dan tata cara penanganan bencana alam perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan pesantren sebagai bagian dari konsep penanganan bencana berbasis masyarakat. Hal itu penting karena pesantren selama ini dianggap sebagai lembaga pendidikan yang hampir tak memiliki ‘jarak’ dengan masyarakat.

Demikian diungkapkan Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Nasaruddin Umar dalam sambutannya pada pembukaan halaqah bertajuk “Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat dalam Perspektif Islam” di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta, Senin (23/7)<>

Hadir pada acara yang digelar Community Based Disaster Risk Management (CBDRM) NU itu, Deputi Mitigasi Bencana Badan Koordinasi Nasional Penangana Bencana (Bakornas PB) Drs Thabrani, Ketua PBNU Masdar Farid Mas’udi dan sejumlah ulama pondok pesantren NU se-Indonesia.

Nasaruddin yang juga Direktur Jenderal Bimbingan Islam Departemen Agama itu menjelaskan, konsep dasar penanganan bencana alam dalam Islam sudah ada pada banyak sumber, baik Al-Quran maupun Hadist. Hal itu pun telah diajarkan dalam pendidikan pesantren.

“Sekarang, tinggal bagaimana mengkonkretkan konsep dasar penanganan bencana di dalam Al-Quran maupun Hadist itu ke dalam sebuah kurikulum pendidikan pesantren,” ujar Nasaruddin.

Dengan demikian, lanjutnya, lulusan pesantren tidak hanya memiliki kemampuan dalam bidang agama semata, melainkan pula memiliki pengetahuan serta keterampilan dalam hal penanganan bencana. Ia mengakui, selama ini metode penanganan bencana yang berbasis masyarakat tidak terfokus dan sistematis.

Selain itu, papar Nasaruddin, usulan tersebut juga sekaligus untuk mengajak kalangan pesantren dan para ulama agar mau memikirkan sebab-sebab terjadinya bencana alam. “Jadi, tidak hanya memikirkan akibat bencana saja, tapi juga bagaimana bencana itu bisa terjadi,” pungkasnya.

Tak dapat dipungkiri, katanya, saat ini masih ada sejumlah kalangan yang memitoskan bencana alam dengan sesuatu yang tidak rasional. “Ada anggapan bahwa bencana alam karena presidennya si A,” tandasnya. Bahkan, lanjutnya, muncul pula kecenderungan memanfaatkan musibah bencana alam untuk kepentingan ekonomis-pribadi.

Sementara itu, Thabrani, dalam sambutannya, memuji langkah NU yang telah menggelar halaqah tersebut. Menurutnya, NU merupakan satunya-satunya organisasi kemasyarakatan Islam yang telah memulai membuat rumusan dan konsep penanganan bencana alam berbasis masyarakat. (rif)