Warta

PBNU Prihatin Film PBS Diskreditkan Pesantren

NU Online  ·  Selasa, 10 Februari 2009 | 08:25 WIB

Jakarta, NU Online
Sekjen PBNU Endang Turmudi menyatakan keprihatinannya atas penayangan film Perempuan Berkalung Sorban (PBS) yang dinilainya mendiskreditkan pesantren.

“Pesantren dalam film tersebut digambarkan sangat tidak sesuai dengan realitas, sebagai institusi pendidikan agama yang kolot, anti perubahan dan tertutup,” katanya kepada NU Online di Gd PBNU, Selasa (10/2).<>

Ia mengaku menonton film ini di sebuah bioskop di Surabaya setelah munculnya kontraversi di media.

Dalam film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini, pesantren digambarkan sangat tradisional. Buku-buku yang tidak sesuai dibakar. Perilaku anak kiai yang biasa dipanggil Gus juga digambarkan dengan tampilan kejam terhadap istrinya.

“Pesantren jarang ditampilkan dalam film, lho pas menjadi cerita dalam film, malah digambarkan dengan sangat negatif,” terangnya.

Ia takut gambaran ini akan memberi citra buruk kepada kelompok masyarakat yang selama ini tidak faham dengan dunia pesantren.

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini memahami seorang seniman berhak untuk berkreasi, namun disisi lain, juga harus menghargai sebuah kultur dengan nilai-nilai yang dimilikinya.

“Kebebasan tidak berarti bisa mendiskreditkan fihak lain dengan seenaknya,” tandasnya.

Sayangnya, sejauh ini belum banyak kalangan pesantren yang berbicara mengenai film ini. Suara paling keras datang dari Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustofa Ya’kub.

Setelah kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta, dunia perfilman nasional banyak mengangkat tema tentang Islam dan pesantren. Selaim PBS, sudah beredar 3Doa3Cinta dan sedang dalam penggarapan adalah Ketika Cinta Bertasbih.(mkf)