Warta

PBNU Harapkan Para Kyai dan Pengurus Jaga Kekokohan NU dalam Pilkada

NU Online  ·  Rabu, 16 Februari 2005 | 05:03 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU H. Ahmad Bagdja mengharapkan agar dalam Pilkada yang akan dilaksanakan secara langsung mulai bulan Juli mendatang, para kyai yang sering diminta restu oleh calon dan pengurus PBNU tetap menjaga kekokohan NU karena Pilkada bisa menimbulkan benih-benih ketidakserasian dan ketidaksepahaman dikalangan NU karena perbedaan pilihan.

Hal tersebut diungkapkannya ketika dihubungi per telepon, Selasa malam (15/02) dalam mensikapi Pilkada ini. Sebelumnya, PBNU telah mengundang beberapa wilayah untuk mencari masukan tentang pedoman yang akan digunakan oleh warga NU dalam Pilkada.

<>

Bagjda mengungkapkan tiga hal yang penting dilakukan oleh warga nadhliyyin mensikapi Pilkada. Pertama PBNU mengharapkan seluruh wilayah dan cabang serta para kyai yang biasanya dimohon restunya oleh para calon untuk lebih mengutamakan kekokohan NU.

“Jika ada pilihan yang berbeda diharap dimusyawarahkan, kalau tidak ada kesepakatan satu orang, paling tidak, tak menjadi permusuhan. Jadi kekokohan NU, keselamatan NU, baik sebagai jamiyah atau jamaah harus dijaga yang kemungkinan bisa terpengaruh oleh proses Pilkada karena beda pilihan,” tandasnya.

Kedua, Pedoman untuk mengantisipasi terhadap terjadinya seperti diatas, seluruh pengurus NU harus bepegang teguh pada keputusan khittah NU, keputusan muktamar, norma-norma yang digariskan muktamar NU ke 29 di Yogjakarta, dan pada pidato rais aam pada pembukaan muktamar ke 31

Ketiga, diharapkan para pengurus NU menjalin komunikasi lebih intens dengan para kyai sehubungan mungkin ada pilihan yang berbeda atau adanya kyai yang dimintai dukungan. “Jika komunikasi berjalan dengan baik antara pengurus NU dan para kyai atau bahkan antara pengurus NU dengan partai dimana banyak warga NU berkiprah, saya kira hal ini akan memiliki andil untuk penekanan kemungkinan munculnya konflik,” imbuhnya.

Permasalahan lain yang perlu difikirkan adalah bagaimana NU tidak dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat oleh calon yang mengklaim sebagai kader NU dan ketika sudah sukses, tidak berbuat apa-apa terhadap NU, Bagdja juga sependapat bahwa hal tersebut memang sangat penting dan dicarikan mekanismenya.

“Harus dicarikan sebuah mekanisme bagaimana supaya kader NU yang jadi calon dapat sukses sehingga punya manfaat dan jamiyah NU tetap utuh. Saya yang paling murah adalah dengan berkomunikasi,” tambahnya.

Pencalonan kepala daerah memang harus melewati mekanisme dari partai, namun demikian, NU juga memiliki kepentingan siapa yang akan memimpin karena jumlah umat yang sangat banyak.

Dalam hal ini, berpegang pada aturan main juga harus diartikan memberikan peluang yang luas kepada kader NU untuk naik atau maju dalam pilkada karena NU sebagai masyarakat juga membutuhkan pemimpin yang jujur, yang membela masyarakat.

“Asas maslahat harus dipegang teguh dan harus ada peluang dan iklim yang memungkinkan kader NU dapat tampil dengan baik. Kuncinya NU nya utuh, jamaahnya juga utuh, tetapi keutuhan tersebut jangan demikian kaku sehingga peluang tertutup, kreatifitasnya kan disitu,” tandasnya.(mkf)