Warta

PBNU Beri Masukan Pendekatan Keagamaan dalam Konferensi Kelautan Dunia

NU Online  ·  Selasa, 12 Mei 2009 | 12:24 WIB

Jakarta, NU Online
Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WoC) yang diselenggarakan Manado di Sulawesi Utara merupakan wujud keprihatinan masyarakat global untuk membahas masalah perubahan iklim, khususnya yang menyangkut aspek kelautan dan kehidupan masyarakat di pesisir.

PBNU yang diwakili oleh Community Based Disaster Risk Management (CBDRM-NU) juga hadir dan terlibat dalam event yang baru pertama kali di gelar di dunia ini dan menjadi bagian dari ribuan peserta yang datang dari seluruh dunia.<>

Avianto Muhtadi, program manager CBDRM-NU menjelaskan, komunitas nahdliyyin memberikan masukan dalam agenda untuk mengatasi perubahan iklim ini dengan pendekatan agama. Ia datang mewakili PBNU bersama Arief Zamhari PhD dan Dr Bustami Latief.

“Penyelenggaraan WOC ini dapat menjadi media yang efektif bagi komunitas beragama untuk dapat sadar dan terlibat dalam upaya adaptasi perubahan iklim dan peka terhadap masalah kebencanaan di wilayah-wilayah pesisir pantai,” katanya.

Untuk mendukung acara ini, CBDRM-NU menggelar seminar bertema “Bencana dan Perubahan Iklim; Laut:Ancaman atau Peruang Penyeusaian Diri Masyarakat Pesisir Pantai Terhadap Bencana yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim bekerjasama dengan Yayasan Tanggul Bencana Indonesia dengan lokasi tak jauh dari arena konferensi pada hari Selasa (12/5).

“Kita ingin meningkatkan pengetahuan komunitas beragama dan komunitas wilayah-wilayah pesisir mengenai penyeusian diri dan kesiapsiagaan menghadapi bencana terkait iklim,” imbuhnya.

Kegiatan ini melibatkan Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa dan PWNU Sulawesi Utara dengan peserta dari perwakilan gereja, pesantren, majelis taklim, pemerintah lokal, komunitas di wilayah pesisir pantai dan lembaga masyarakat sipil yang bergerak dalam kebencanaan dan perubahan iklim di Sulawesi Utara.

“Kita ingin memperkuat komunitas dengan melengkapi mereka dengan hak ekonomi, sosial, mental spiritual untuk mengatasi sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh bencana serta mampu mengembangkan diri mereka secara berkelanjutan,” tandasnya.

Perubahan iklim telah menyebabkan naiknya permukaan air laut, peningkatan kadar keasaman air laut, pemanasan laut, peningkatan intensitas dan kehebatan badai tropis, perubahan pola hujan dan lainnya sehingga memiliki pengaruh langsung terhadap penduduk di sekitar pantai.

Situasi ini telah menganggu jalur transportasi laut, menyebabkan para nelayan tidak bisa mencari ikan dan semakin terisolasinya orang-orang yang tinggal di pulau terpencil. “Suatu langkah menuju penyesuaian diri yang efektif dan efisien dengan peningkatan kapasitas dan kesadaran berlandaskan pengetahuan dan koordinasi harus dimulai sesegera mungkin,” tandasnya.

Jika upaya pembedayaan komunitas agama seperti pesantren dan gereja dilakukan, mereka diharapkan mampu memberikan pelayanan untuk menampung masalah yang dihadapi komunitasnya yang tinggal di pesisir pantai. 

Selain mengikuti berbagai pertemuan dalam konferensi dan mengadakan seminar untuk masyarakat, CBDRM-NU juga berpartisipasi dalam event ini dengan mengikuti pameran kegiatan penanganan kebencanaan yang selama ini sudah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. (mkf)