Warta

PBNU Bebaskan Warganya Pilih Parpol

NU Online  ·  Selasa, 1 Juli 2003 | 04:52 WIB

Jakarta, NU Online
Rois Syuriah PBNU KH Dr KH Said Agil Siradj MA menyatakan PBNU akan membebaskan warganya memilih partai politik (parpol) dalam Pemilu 2004.
"Rois Aam Syuriah PBNU KHA Sahal Mahfudh juga menyatakan seperti itu sama dengan pengurus PBNU lainnya, saya hanya menegaskan kembali," katanya di Surabaya, Senin malam.

Ia mengemukakan hal itu saat berbicara di hadapan ratusan santri dan warga sekitar Pesantren Mahasiswa An-Nur, Wonocolo, Surabaya yang menggelar Pekan Maulid Nabi Muhammad SAW.

<>

Menurut dia, sikap PBNU itu dilandasi bahwa parpol hanya kepentingan sesaat, sedangkan krisis di Indonesia memerlukan kesadaran akan kepentingan dan keutuhan bangsa Indonesia.

"Bahkan, saya pribadi sudah tak percaya dengan partai mana pun, karena pikirannya hanya bagaimana menjadi legislatif atau kepala daerah serta mencari
uang, termasuk dengan cara korup," katanya.

Oleh karena itu, kata alumnus Ummul Qura’ Saudi Arabia itu, PBNU melihat kepentingan sesaat dari parpol harus diabaikan karena tak memikirkan rakyat
lagi.

"Warga NU yang tersebar dimana-mana harus bersatu. Parpol boleh berbeda tapi yang penting warga NU di mana pun berada harus tetap berpegang pada ajaran NU dan memikirkan kepentingan jangka panjang,"katanya.

Ia menjelaskan NU sejak zaman pra kemerdekaan telah dikenal berbuat untuk bangsa dan bukan untuk warga NU semata.

"Resolusi Jihad NU di Surabaya yang membuat arek-arek Surabaya menang melawan kolonial adalah jasa NU untuk kepentingan jangka panjang dan untuk semua warga bangsa," katanya.

Dalam kesempatan itu, Said Agil Siradj menyampaikan kritik kepada pers yang memperlakukan secara tidak adil kepada Gus Dur (mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid) dibanding Akbar Tanjung (Ketua Umum DPP Partai Golkar dan Ketua DPR RI saat ini).

"Pers juga tidak mementingkan rakyat lagi, karena mereka dapat ’dibeli’ sehingga beramai-ramai menyerang Gus Dur sampai jatuh, tapi Akbar Tanjung yang sudah jelas divonis bersalah dibiarkan saja tanpa kritik yang bertubi-tubi seperti kepada Gus Dur," katanya.
Pekan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pesantren Mahasiswa An-Nur yang diasuh KH Imam Ghozali Said MA itu dimarakkan dengan khitanan massal untuk 45 anak (29/6) dan Festival Shalawat Burdah (29 Juni - 1 Juli).(ant/mkf)

Â