PBNU Apresiasi Gelar Pahlawan untuk KH Idham Chalid
NU Online Ā· Rabu, 9 November 2011 | 00:17 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj memberi apresiasi kepada pemerintah atas pemberian gelar pahlawan nasional kepada mantan ketua umum PBNU KH Idham Chalid pada peringatan hari Pahlawan, Selasa, 7 November 2011 di Jakarta.
āTerima kasih atas pemberian gelar tersebut karena sudah selayaknya beliau mendapat penghormatan atas segala perjuangan yang dilakukan dalam hidupnya,ā katanya.
<>
Kiai Said menjelaskan, NU selalu tampil di depan ketika negara dalam keadaan krisis, dan hal ini ditunjukkan oleh KH Idham Chalid selama ia memimpin NU antara tahun 1956-1984.
āSaat Indonesia mengalami krisis akibat pemberontakan G 30 S PKI, NU tampil di depan, demikian pula saat peristiwa Malari. Ini semua dilakukan oleh Kiai Idham Chalid untuk menyelamatkan negara dan bangsa,ā paparnya.
Sayangnya, peran NU pada saat-saat genting tersebut kurang mendapatkan apresiasi dari pemerintah. āKalau sudah selesai, NU ditinggal. Tapi NU berjuang bukan untuk mendapatkan jabatan, semuanya Allah nanti yang membalasnya,ā jelasnya.
Ia berharap setelah Kiai Idham Chalid, sejumlah tokoh NU yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia juga mendapatkan gelar pahlawan nasional seperti KH Wahab Hasbullah, yang terlibat aktif dalam pertempuran 10 November di Surabaya.
Terdapat 20 kiai NU yang menjadi komandan dalam pertempuran melawan penjajah. Diantaranya Kiai Bisri Cirebon, Kiai Zainal Mustofa Tasikmalaya, Kiai Syaifuddin Zuhri dan lainnya.
āSetelah situasi negara stabil, para kiai kembali ke pesantren sehingga militer dikuasai oleh kelompok āabanganā. Itu masa lalu yang ngak perlu kita dikotomikan lagi, tapi begitulah sejarahnya,ā imbuhnya.
Terkait dengan Resolusi Jihad, Kiai Said juga menjelaskan bahwa KH Hasyim Asyāari telah mensosialisasikan hal tersebut selama tiga kali, yaitu dalam pertemuan di Yogyakarta, dalam posisinya sebagai rais akbar Masyumi, dan dalam pertemuan para ulama di Purwokerto, sampai terakhir pada 22 Oktober di pesantren Tebuireng Jombang. Tanpa himbauan tersebut, belum tentu terjadi pertempuran besar di Surabaya yang berhasil mengusir tentara sekutu dari Surabaya.
Penulis: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
2
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
3
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
4
Hadapi Tantangan Global, KH Said Aqil Siroj Tegaskan Khazanah Pesantren Perlu Diaktualisasikan dengan Baik
5
Israel Tarik Kapal Bantuan Handala Menuju Gaza ke Pelabuhan Ashdod
6
Advokat: PT Garuda dan Pertamina adalah Contoh Buruk Jika Wamen Boleh Rangkap Jabatan
Terkini
Lihat Semua