Jakarta, NU Online
Ide sekularisme, dari hari ke hari terus mengemuka di tengah masyarakat, tak terkecuali di Indonesia. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengingatkan bahaya sekularisme, dengan menempatkan agama sebagai benteng yang tepat mengatasinya.
Ketua Lajnah Ta'lif wan Nasyr (LTN) PBNU Sulthan Fatoni, saat berbicara dalam sesi The Role and Rationale of Secularism, Seminar Human Right and Faith in Focus EU-Indonesia Civil Society di Jakarta, Selasa, 25 Oktober 2011 mengatakan, ide sekularisme di Indonesia dengan alasan untuk menjamin hak asasi manusia dan kebebasan beragama akan kehilangan momentum apabila tidak diikuti dengan kajian empirik tentang kondisi sosial budaya masyarakat.
"Sekularisme di Barat telah melahirkan modernitas, sedangkan modernitas telah memunculkan konsekuensi-konsekuensi yang rumit bagi kehidupan masyarakat. Atas fakta itu, maka menjadi relevan saat ini menggulirkan kritik atas sekularisme," tegas Sulthan. <>
Sulthan juga mengatakan, pandangan Barat bahwa agama adalah pranata intoleransi dan irasional juga perlu diuji secara akademik, agar tidak memperuncing problem sosial budaya.
Sulthan juga berpendapat, sekularisme memang ide menarik di Barat dan menjadi kebutuhan mereka. Namun dalam konteks Indonesia, perlindungan HAM dan kebebasan beragama telah berlangsung tanpa sekularisme perspektif Barat. "Muslim mainstream Indonesia saat ini lebih membutuhkan formulasi relasi agama dan negara yang dimaknai dengan peran agama dalam negara, bukan dalam bentuk politisasi agama," sambungnya.
Sulthan mengingatkan bahwa dalam sebuah negara unsur penduduk itu sangat penting. Realita penduduk Indonesia adalah Nahdlatul Ulama, yang selalu menempatkan agama sebagai nilai dan norma dalam bersosial budaya.
"Negara itu butuh penduduk, sedangkan penduduk itu butuh nilai dan norma. Nahdliyin menempatkan ajaran Islam sebagai nilai dan norma kehidupan sehari-hari. Nahdliyyin akan selalu menempatkan agama sebagai hal penting dalam kehidupan bernegara," papar Sulthan.
Meski demikian Sulthan juga berpendapat, agama sebagai benteng terhadap ide sekularisme juga harus dipisahkan dari kepentingan politik, agar kandungan di dalamnya bisa benar-benar menjadi pegangan hidup masyarakat.
"Mungkin yang perlu jadi agenda lanjutan adalah memisahkan agama dari kehidupan politik, menghindarkan agama dijadikan kepentingan politik," pungkas Sulthan.
Redaktur : Emha Nabil Haroen
Kontributor : Samsul Hadi
Terpopuler
1
Innalillahi, H Tosari Widjaja Wafat dalam Usia 84 Tahun, Aktivis NU Sejak Muda
2
Khutbah Jumat: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
3
Khutbah Jumat: Rabiul Awal, Maulid, dan Keutamaan Membaca Shalawat
4
Khutbah Jumat: Meraih Berkah dan Syafaat dengan Shalawat
5
Gelar Munas, Sako Pramuka Resmi Berganti Nama Jadi Pandu Ma'arif NU
6
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
Terkini
Lihat Semua