Warta

Partai Berbasis NU Sebaiknya Usung Kader Capres-Cawapres dari NU

NU Online  ·  Kamis, 26 Februari 2009 | 09:52 WIB

Jakarta, NU Online
Belum adanya tokoh NU yang meramaikan bursa capres-cawapres RI 2009-2014 menjadi perhatian kalangan nahdliyyin. Sebuah harapan agar tokoh NU bisa menjadi bagian dari kepemimpinan bangsa Indonesia ke depan.

Ketua PBNU H Ahmad Bagdja berharap agar partai-partai yang memiliki basis dukungan warga NU seperti PKB, PPP dan PKNU mengusung calon presiden atau wakil presiden dari kalangan NU sendiri dalam pemilihan presiden kali ini.<>

“Nanti pada saatnya yang tepat, diharapkan partai-partai berbasis NU mengusul calon dari kalangan sendiri. Siapa lagi kalau bukan mereka yang mengorbitkan, Kan yang mencalonkan harus partai politik” katanya kepada NU Online, Kamis (26/2).

Hal ini menurut Bagdja tak akan terlalu sulit karena para pemimpin parpol tersebut satu generasi yang diikat dan dibesarkan dalam tradisi NU. Ia yakin jika kompak, suara ketiga partai tersebut akan mampu mengusung calon dari NU dalam pentas kepemimpinan nasional karena tak ada sesuatu yang menghalangi mereka untuk tidak berkomunikasi.

“Kultur mereka NU, PMII, jadi tidak begitu berbeda yang ada pada Muhaimin, Suryadharma, dan Choirul Anam. Lalu, bagaimana memikirkan potensi politik yang ada di NU. Atas nama kebesaran NU, saya kira kalau mereka kompak PBNU juga akan mendukung,” terangnya.

Meskipun begitu, ditegaskannya, PBNU tidak akan campur tangan dalam urusan ini karena akan menimbulkan berbagai pertanyaan atau prasangka dari fihak lain.

“Nanti kita disangkanya ikut campur terlalu dalam tentang keputusan politik mereka. Kedua, dari intern NU juga menjadi petanyaaan, kenapa ikut campur, nanti dianggap tidak khitah, pro kontra lagi. Capek nanti kita menjelaskannya,” ujarnya.

Ditanya mengenai kriteria tokoh yang diusung, mantan Ketua Umum PMII ini menjelaskan, terlepas dari berbagai keunggulan dan kekurangan yang dimiliki, tokoh tersebut harus bisa diterima oleh semua partai yang mengusung ditambah dengan PBNU.

“Bahwa orang tidak sepenuhnya setuju ya oke saja karena tak ada yang sempurna, tapi kalau sampai menimbulkan perlawanan juga capek menjelaskannya. Yang terpenting, mereka bisa diterima diantara kekuatan yang ada di dalamnya,” tandasnya.

Mengenai figurnya, bisa datang dari struktural NU atau partai, intelektual atau kiai. Hal ini bisa dilakukan melalui proses penjaringan atau konvensi.

Upaya ini menurutnya harus segera dilakukan mengingat kelompok pengusung capres-cawapres lain juga akan mendekati partai berbasis NU untuk meraih dukungan. Apalagi jika sebagian sudah memiliki komitmen dengan fihak lainnya.

“Jadi perlu visi besar NU untuk Indonesia dan memerlukan pengorbanan dari pemimpin partai. Mereka bisa menepis kepentingan sempit, kemudian meraih kepentingan yang lebih besar untuk bersama NU. Kalau mereka semua solid, pasti akan lebih kuat,” paparnya.

Tantangan terbesar yang dihadapi untuk mampu mengusung calon dari NU sendiri adalah sikap pragmatisme para tokoh politik tersebut yang hanya berorientasi jangka pendek atau untuk kepentingan individu, seperti mendapat iming-iming menjadi menteri atau jabatan lainnya.

“Untuk sebuah perjuangan yang lebih besar, memang perlu pengorbanan besar, tapi sukses, akan memberi hasil yang jauh lebih besar,” tegasnya memberi semangat. (mkf)