Warta

Parpol Jangan Gunakan Kemasan Agama

NU Online  ·  Selasa, 22 Juli 2003 | 10:18 WIB

Jakarta, NU.Online
Menjelang pemilu 2004 yang semakin dekat, partai-partai diminta tidak berkampanye dengan menggunakan kemasan agama dalam rangka memenangkan partainya, kata Ketua PBNU Prof Cecep Syarifuddin.

"Pemilu merupakan mekanisme demokrasi, jadi gunakan mekanisme yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi," kata  Cecep Syarifuddin di sela Dialog "Kerukunan antar Tokoh Agama dalam Memantapkan Persatuan dan Kesatuan Menyongsong Pemilu 2004" di Jakarta, Selasa. (22/07/2003) 

<>

Menurut Cecep, menggunakan simbol-simbol agama untuk meraih massa, hanya akan meningkatkan kemungkinan bentrok dan bisa mengarah pada rusaknya persatuan bangsa. Ia juga menyampaikan bahwa dalam Islam, dilarang merusak dan menebarkan kemunkaran, tetapi yang ada, hiduplah berdampingan dengan baik, dan berlombalah dalam menebar kebajikan.

Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah, Syafi’i Ma’arif di tempat sama mengatakan, pentingnya ketulusan dan lapang dada ditumbuhkan di setiap diri elit politik. "Kemungkinan bentrok pada Pemilu 2004 kecil jika para elit politik memiliki hati yang tulus dan hati lapang, baik untuk menerima kekalahan maupun menerima kemungkinan menang demi kepentingan bangsa bukan untuk kepentingan sendiri," katanya.

Dikatakan Syafi’i, partai-partai berbasis agama maupun yang berbasis ideologi lainnya harus menyadari realitas yang ada di lapangan, menyadari pluralitas dan heterogenitas masyarakat dan meyakini hal itu sebagai suatu kekayaan bangsa ini. "Sehingga apapun hasil Pemilu 2004 nanti, akan diterima dengan senang hati dan rasa persaudaraan oleh semua pihak, jangan ada yang merasa berhak memonopoli dibanding yang lainnya," ujarnya.  

Menurut dia, sekelompok orang Islam yang selalu merasa paling benar dan memaksakan kehendaknya hanya sedikit di Indonesia dan untuk menghadapi mereka perlu memperbanyak dialog.  "Namun sifat-sifat merasa paling benar sendiri dan suka memaksakan kehendak itu bukanlah monopoli umat Islam, semua agama dan golongan juga masing-masing memilikinya. Tugas kitalah berdialog dengan mereka," katanya. 

Senada dengan Cecep dan Syafi’i,  pembicara lainnya, Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Andreas A Yewangoe,  Romo Ismartono dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Nyoman Widi Wisnawa, Sekretaris Parisada Pusat  dan Corneles Wowor, tokoh agama Budha, dalam dialog itu menyatakan perlunya dikembangkan kerukunan umat beragama.