Sanaa, NU Online
Terobosan para dai dan daiyah (dai wanita) Arab Saudi untuk lebih menarik perhatian publik terhadap isi dakwah mereka agar tidak terkesan monoton nampaknya perlu juga disimak para dai lainnya di luar Saudi.
Seperti kata pepatah “menyelam sambil minum air“, itulah terobosan baru yang ingin dilakukan sejumlah dai pria dan wanita negeri kaya minyak itu lewat pesan-pesan keagamaan yang dituangkan dalam bentuk riwayah (novel).
<>Selain untuk menarik publik agar lebih serius memperdalam ajaran agama lewat pesan-pesan dakwah, novel tersebut juga bertujuan untuk “menandingi“ novel-novel yang berbau porno yang banyak beredar.
Jadi tepatlah bila meminjam ungkapan “menyelam sambil minum air“. Di satu sisi ingin terobosan di sisi lain bertujuan untuk menandingi novel-novel yang mereka sebut berbau porno.
"Cara dakwah lewat novel mulai dilakukan sejumlah dai dan daiyah Saudi. Tujuannya adalah untuk lebih menarik minat publik dan kedua untuk menghadapi badai novel-novel yang bertema seks dan porno," lapor Harian Al-Watan, Saudi Sabtu (4/8).
Para dai tersebut menilai bahwa publik Arab begitu tertarik dengan tulisan-tulisan yang berbentuk novel sehingga cara dakwah lewat novel merupakan pilihan penting dalam menyampakan pesan-pesan dakwah, kata Al-Watan.
Salah seorang daiyah Saudi yang dikenal lewat tulisan novelnya dengan nama samaran “Al-Muhajirah“ telah mengeluarkan tiga buku novel yang terakhir bertajuk “hatta la yudhei al-hijab“ (agar jilbab tidak menghilang).
"Yang jelas kita akan menyaksikan novel-novel baru yang membawa pesan ajaran Islam moderat guna menghadapi topan novel-novel yang berbau porno," kata Al-Muhajirah tentang terobosan rekan-rekan sesama dai.
Menurut dia, novel-novel dakwah tidak akan berhasil apabila tidak mengungkapkan realita kehidupan di tengah masyarakat dengan pendekatan sastra yang menarik minat para pembaca.
Ia juga berharap agar kalangan dai konvensional berlapang dada dalam menyikapi terobosan tersebut. "Karena saya menyaksikan sebagian dai masih bersikap
radikal," katanya lagi.
Isu baru
Melalui pesan-pesan dakwah lewat novel tersebut beberapa persoalan (isu) baru dapat dikemukakan yang selama ini terlewatkan atau jarang disinggung para dai saat berdakwah lewat ceramah.
Dalam menulis novel-novel dakwah tersebut Al-Muhajirah misalnya banyak belajar dari buku-buku Islam karangan sejumlah pakar Muslim kontemporer semisal DR. Salman Al-Udah dan DR. Aid Al-Qarni. Yang disebut terakhir ini adalah penulis buku la tahzan (jangan bersedih) yang menjadi buku terlaris di Arab dan beberapa negara Islam lainnya.
Mengingat novel-novel dakwah tersebut tergolong baru, banyak penerbit yang ragu-ragu menerbitkannya karena khawatir tidak laku. Kenyataan ini dikeluhkan oleh sebagian dai novelis.
"Mereka (penerbit) melihat novel dakwah yang berisi pesan-pesan kebajikan dengan pandangan aneh. Mereka seperti mengenyampingkannya," keritik Al-Muhajirah.
Bagi novelis dan dai wanita Saudi lainnya, Jamanah Ali penyampaian pesan dakwah lewat novel menarik perhatian kalangan kaula muda Arab karena mereka mendapat sajian dakwah dengan cara lebih menarik.
"Saya mendapat respon besar dan dorongan dari banyak pihak. Saya lebih mementingkan respon publik dari keritikan para kritikus," kata daiyah yang telah mengeluarkan buku novel bertajuk “shara laha qalbun“ (akhirnya ia memiliki hati nurani).
Daiyah dan novelis yang satu ini menyatakan optimistis bahwa pesan-pesan dakwah lewat tulisan buku novel akan sukses besar karena banyak pembaca Arab yang mulai bosan dengan novel-novel yang berbau porno.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Sastra Islam, DR. Abdullah Al-Arini mengatakan bahwa novel-novel dakwah tersebut lebih tepat disebut novel Islami, karena cakupannya lebih luas.
"Karena salah satu tujuan kemunculan novel-novel Islami ini adalah untuk menjadi alternatif novel-novel yang selama ini beredar dan kebanyakan tidak memiliki misi yang jelas," katanya.
Ia berharap agar tehnik penulisan novel dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan akhlak mulia dan pesan-pesan dakwah untuk mengajak kepada kebajikan dan menghindari kemungkaran.
"Sebagian dai dapat memanfaatkan daya tarik novel ini untuk menyampaikan pesan-pesan positf dan kebajikan buat masyarakat umum. Para dai yang memiliki kecakapan menulis novel dapat membuat tulisan dengan aneka tajuk," ujar lagi.
Yang jelas dengan terobosan baru tersebut, para dai tidak perlu terlalu sering muncul di layar kaca (TV), karena novel-novel menarik dari buah karya mereka akan lebih besar pengaruhnya terhadap publik. (ant/sir)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
5
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua