Padukan Aspek Spiritual dan Scientific
NU Online · Rabu, 11 Oktober 2006 | 14:20 WIB
Bogor, NU Online
Dalam pengelolaan bencana berbasis pesantren, nilai-nilai spiritual yang ada di lingkungan pesantren harus digabungkan dengan science atau ilmu pengetahuan kebencanaan agar bisa memperoleh hasil maksimal. Ini berbeda dengan model pengelolaan bencana dari fihak lain yang lebih banyak menekankan aspek scientific.
Demikian diungkapkan oleh Teti Argo dari Pusat Mitigasi Bencana ITB dalam workshop Perancangan Desain Risiko Bencana Berbasis Pesantren yang diselenggarakan di Puncak Bogor, Rabu.
<>“Tradisi-tradisi keagamaan seperti istighotsah dapat menjadi complement, namun pesantren juga harus membangun jejaring dan infrastruktur yang baik agar bisa menjalankan peran tersebut dengan baik,” tandasnya ketika mengkritisi hasil survey lapangan di beberapa pesantren yang jadi percontohan.
Secara umum, pesantren baru siap melaksanakan tugas tanggap darurat atau membantu setelah terjadinya bencana. Namun upaya-upaya yang sifatnya preventif sudah mulai difikirkan. Pesantren Nurul Islam Jember telah berupaya melakukan penghijauan akibat penggundulan hutan yang mengakibatkan banjir bandang beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Pesantren Assidiqiyah Jakarta telah membentuk Crisis Center yang menyediakan informasi setiap saat bekerjasama dengan berbagai fihak, termasuk kelompok umat beragama. Meksipun demikian, sikap individualistik masyarakat dan budaya kesehatan masyarakat merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan strategi berbeda dari daerah lainnya.
Pesantren Assidiqiyah juga memiliki alumni yang mengajar di sejumlah majlis taklim di lokasi yang berdekatan. Ini merupakan jejaring yang bisa dimobilisasi ketika terjadi bencana banjir atau kebakaran yang rawan terjadi di daerah tersebut.
Pesantren Darussalam Watucongol yang berada di ring II, artinya tidak secara langsung berhadapan dengan bencana Merapi dapat berfungsi sebagai tempat pengungsian bagi masyarakat yang lebih dekat dengan lokasi bencana. Masyarakat yang masih religius dan peran sentral kyai merupakan aspek positif yang bisa dimanfaatkan. Masyarakat di lingkungan Merapi juga sudah memahami tanda-tanda bencana sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya korban.(mkf)
Terpopuler
1
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
2
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan
5
Kisah Di Balik Turunnya Ayat Al-Qur'an tentang Tuduhan Zina
6
Kick Off Jalantara, Rais Aam PBNU Pimpin Pembacaan Kitab Karya Syekh Abdul Hamid Kudus
Terkini
Lihat Semua