Warta

NU Perlu Pengorganisasian yang Baik untuk Atasi Bencana

NU Online  ·  Senin, 29 Oktober 2007 | 13:15 WIB

Bogor, NU Online
Bencana bisa datang kapan saja tanpa diduga-duga dan seringkali menimbulkan korban yang banyak. NU sebagai sebuah kelompok besar perlu terlibat dalam segala persoalan bangsa ini. Namun, keterlibatan NU dalam penanganan bencana juga harus dikelola dengan baik.

“Mengatasi persoalan bencana tidak mungkin dilakukan sendiri. Kegiatan sosial pasti membutuhkan organisasi yang baik,” kata Ketua PBNU Masdar F. Mas’udi dalam pembukaan Workshop Perumusan Kebijakan, Strategi dan Rencana Kerja Program Pengarus-Utamaan CBDRMNU 2007 – 2008 di Bogor, Senin (29/10).

<>

Ini berbeda dengan kegiatan kultural yang sudah biasa dilakukan oleh NU seperti tahlilan dan ibadah lainnya yang sudah bisa berjalan secara otomatis tanpa pengorganisasian karena ini sudah ada sebelum NU berdiri.

Dikatakan oleh Masdar, NU yang besar ini namun secara organisasi masih perlu pengembangan lebih lanjut. “Inilah yang menjadi tugas kita. Banyak kelompok Islam kecil dapat mengalahkan yang besar, karena aturan organisasi yang bagus,” tandasnya.

Menurut Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat ini, berbagai persoalan yang terjadi di Indonesia sebenarnya bukanlah faktor alam, dan bukan pula karena otak bangsa yang rendah. Dalam kompetisi di bidang sains dan teknologi, generasi muda Indonesia tidak kalah dengan negera-negera maju.

“Jadi bukan faktor IQ tetapi sikap mental menyangkut soal spirit untuk mengusahakan sesuatu secara optimal semangat jihadnya rendah,” tuturnya.

Ditambahkannya bahwa “Sesungguhnya kita harus percaya bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan "Man Jada Wajada" jika kita benar bersungguh-sungguh saya kira pasti ada jalan keluarnya. Inilah sesungguhnya masalah bangsa kita.”

KH Abas Mu’in, salah satu ketua PBNU juga sepakat bahwa NU memiliki potensi besar yang harus terus dimaksimalkan dalam membantu memberdayakan bangsa ini. Dari laporan terakhir dari Lembaga Survey Indonesia kurang lebih warga NU berjumlah  60 juta. Secara  struktural, laporan PBNU tahun 2004  kita mempunyai 30 Pimpinan wilayah, 339 Pengurus cabang  dan 37125 ranting. Ini berarti lebih dari 50% desa yang ada di Indonesia.

Dari aspek SDM juga sudah ada peningkatan yang luar biasa. Pada masa lalu, ketua IPNU tingkat cabang rata-rata lulusan SMA. Namun sekarang ini sudah ada yang S1 bahkan S2. “Hanya masalahnya apakah kapasitasnya dan kapabilitasnya sudah memenuhi harapan masyarakat atau belum,” katanya.

Pengarus-Utamaan Pengurangan Risiko Bencana

Dalam rangka memperkuat pilar-pilar pengelolaan bencana, NU berupaya melakukan pengarus-utamaan Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (CBDRM) di lingkungan NU sendiri secara masif.  Diiringi dengan pembuatan rencana kerja ke depan yang sistematis dan terstruktur kerja-kerja penanganan bencana yang dilakukan NU diharapkan lebih terarah, terorganisir dan berdampak lebih luas. Penanganan yang tidak sistematis, terorganisir dan ter-rencanakan dengan baik justru akan menjadi hambatan dan kendala pengelolaan bencana.

NU sudah memiliki pengalaman lapangan baik yang bersifat emergency response seperti tsunami Aceh, Nias, Cilacap dan Pangandaran; banjir Jakarta, gempa Jogjakarta, Klaten dan Bengkulu; Gunung Berapi Merapi, Gamkonora dan Kelud; Banjir Bandang dan Tanah Longsor Jember, Morowali dan Banjarnegara dan lainnya. Selain itu juga telah diadakan pelatihan untuk fasilitator penanggulangan bencana dan seminar serta kampanye media sebagai bagian dari mitigasi bencana.

NU juga sudah sudah mulai berusaha mandiri dalam penanganan bencana dengan mendidik warga NU menjadi pelatih dan organizer masyarakat melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh CBDRM-NU seperti Training of Trainers (TOT), Field Trial (FT) dan Disaster Care Santri/Santri Peduli Bencana (DCS) di 3 Daerah Pilot Projek yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah & Jawa Timur.

“Pelatih dan organiser masyarakat tersebut memiliki tugas untuk menyebarluaskan wacana kebencanaan dan mengorganisir masyarakat NU menjadi sadar dan siap menghadapi bencana (NU Siaga Bencana),” tutur Avianto Muhtadi, manager program CBDRMNU. (mkf)