Warta

NU Libya Lakukan Rihlah Ruhaniyah

NU Online  ·  Kamis, 31 Agustus 2006 | 11:23 WIB

Zeletin, NU Online
Zikir merupakan bagian dari tradisi NU yang sangat kental. Kegiatan ini tersebat dimana-mana sampai ke seluruh pelosok desa di berbagai masjid, musholla dan rumah. Kegiatan ini merupakan upaya untuk selalu mengingat akan kebesaran dan kasih sayang yang diberikan oleh Allah.

Sejumlah mahasiswa NU yang tergabung dalam KANU (Keluarga NU Libya) terus berupaya menjaga tradisi NU tersebut. Meskipun jauh di negeri orang, mereka tetap berupaya melakukan perjalanan ruhani (rihlah ruhaniyah).Kali ini mereka mengunjungi kota Zeletin, sebuah kota di pinggiran Libya yang menjadi tempat lahirnya tarekat Arusiyah pada Ahad, (27/8).

<>Rombongan mengunjungi makam Syekh Abdus Salam al-Asmary, seorang pelopor tarekat Arusiyah. Makam itu terletak di tengah-tengah kota Zeletin. Di sekeliling makam terdapat beberapa pondok tahfidz Qur’an dan sebuah masjid yang megah. Kedatangan rombongan KANU disambut dengan baik dari pihak pengelola tempat itu.

Dzikir Arusiyah

Menjelang senja, rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah tempat dzikir di pojok selatan kota Zeletin, di sebuah desa yang terpencil, tepatnya di sebuah pesantren tasawuf dan tarekat Arusiyah yang diasuh oleh syekh Miftah Abdalla bin Mas’uda yang merupakan ketua persatuan tasawuf Libya.

Di sana, rombongan KANU disambut dengan hangat. Pada waktu bersiap-siap untuk melaksanakan shalat magrib, Syekh Miftah Abdalla bin Mas’uda bahkan meminta kepada H. Ahmad Faiz Irsyad. Lc al-hafidz, syuriyah KANU, untuk menjadi imam shalat magrib. Akhirnya, suara khas Indonesia melantun di telinga para jama’ah shalat.

Seusai shalat magrib, rombongan diajak oleh Syekh Miftah Abdalla bin Mas’uda untuk mengikuti dzikir ala tarekat Arusiyah yang dilakukan dengan cara yang khas dan unik serta suasana yang khusu’ dan khidmat. Dzikir berjalan hingga menjelang datangnya waktu shalat isya’. Sebelum akhirnya shalat isya’, rombongan dijamu oleh Syekh Mansyur bin Mas’uda, adik dari Syekh Miftah. Perbincangan santai mengiringi acara jamuan itu.
 
Pentas Rebana

Sudah menjadi kebiasaan  rombongan KANU pada setiap rihlah membawa alat rebana dan membaca al-Barzanji. Hal yang sama juga dilakukan disini dengan dipimpin oleh Rezha Pahlefy, mahasiswa asal pondok pesantren Al-Khaerat Sulawesi dengan vokalis Mahrus, mahasiswa dari pondok pesantren Lirboyo serta 7 orang personil. Mereka mencoba menginternationalkan rebana khas Indonesia ini.

Rupanya penampilan rebana KANU malam itu mendapatkan respon positif dari salah satu ulama daerah situ sehingga akhirnya mendapat undangan untuk pentas di Ma’had Al-Asmariyah (salah satu ma’had di Zeletin) keesokan harinya.

Pagi hari, 28 Agustus 2006, rombongan diberi kesempatan untuk mengelilingi kebun delima dan kurma di dekat pondok. Tampak puluhan pohon kurma berjajar di kebun yang kebetulan pada waktu itu sedang berbuah dan siap untuk dipanen.

Jam menunjukkan pukul 09.00 waktu Libya, rombongan kembali ke pesantren untuk sarapan pagi dan bersiap-siap ke ma’had Asmariyah untuk meneruskan rihlah. Sebelum pamitan dan melanjutkan rihlah, Syekh Miftah berpesan kepada rombongan untuk tidak bosan-bosan berkunjung ke pesantren kalau ada kesempatan.
 
Ma’had Tahfidz Asmariya

Kurang lebih 30 menit menempuh perjalanan, akhirnya rombongan sampai ke ma’had Asmariya. Kali ini, rombongan disambut oleh santri-santri ma’had yang kebetulan pada waktu itu berada di luar ma’had. Rombongan-pun dipersilakan istirahat sejenak di dalam ma’had.

Selama di Ma’had Asmariya, para rombongan menggunakan kesempatan itu untuk berbincang-bincang dengan para santri dan juga salah satu ustadz. Perbincangan hangat yang dibumbui bahasa lahjah (pasaran) Libya itu mengantarkan untuk saling  memeperkenalkan satu sama lainnya. Akhirnya perbincangan hangat itu harus berakhir karena rombongan harus kembali ke asrama kuliyah.
 
Oleh : Tian kamaludin