Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) mendesak pemerintah agar melarang pesta perayaan tahun baru, seperti yang dilakukan pemerintah Malaysia. larangan itu mengingat suasana bangsa yang sedang berkabung akibat bencana gempa bumi dan tsunami yang menelan ribuan korban di Aceh dan Sumatera Utara.
“Pemerintah kita seharusnya lebih peka dari pemerintah negeri jiran karena musibah terbesar terjadi di negeri ini. Pemerintah harus melarang pesta tahun baru dan menyerukan pengalihan dana pesta untuk kemanusiaan," kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masdar Farid Mas’udi kepada NU Online di Jakarta, Kamis (29/12),
<>Dikatakannya, pelarangan pelaksanaan pesta tahun baru di seluruh penjuru tanah air mendesak dilakukan sebagai bentuk solidaritas anak bangsa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Selain itu, kata Masdar, PBNU juga mendesak pejabat pemerintah pusat dan daerah, termasuk DPR dan DPRD, yang berencana pergi ke luar negeri membatalkan niatnya dan mengalihkan sepenuhnya dana yang dialokasikan untuk membantu korban bencana.
Yang tidak kalah penting, tambahnya, pemerintah juga harus segera mengirim satuan TNI dalam jumlah lebih besar guna melaksanakan operasi kemanusiaan seperti mengubur mayat korban, menyingkirkan limbah banjir, dan terutama menjebol isolasi antar daerah akibat bencana tersebut. "Ini mutlak penting karena tidak ada yang mampu melakukan tugas-tugas yang ekstra berat itu kecuali TNI yang sudah terlatih menghadapi medan berat," kata Masdar.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menilai pemerintah masih lamban menangani dan menanggulangi akibat bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara. Pemerintah pusat diminta tetap berada di lokasi mengingat pemerintah daerah di NAD sudah lumpuh total. "Lihat saja, belum ada langkah yang cepat, terpadu, dan jitu pascabencanan. Pemerintah masih lamban mengambil tindakah penanganan dan penaggulangan," ujar buya, panggilan Syafii di Jakarta Kamis (30/12).
Karena kelambanan itu, dia mengkhawatirkan dampak ribuan mayat yang mulai membusuk dan bergelimpangan di berbagai pelosok yang hingga kini belum terkuburkan."Sekarang ini masih ribuan mayat yang belum terkuburkan. Kalaupun tidak dimandikan dan tidak dikafani, saya masih bisa mengatakan tidak masalah. Tapi kalau pemerintah tetap lambat seperti ini, bisa berbulan-bulan pemulihannya," lanjutnya. Pemerintah juga disayangkan tidak segera mengambil keputusan menanggani langsung penanggulangan bencana dengan memilih menetap di lokasi. Menurut Buya, tindakan sigap dan ligat untuk memobilisasi semua sumber daya sangat ditentukan dengan dekat tidaknya aparatur yang turun langsung ke lapangan.
"Pemerintah sudah menyatakan mengambil alih penanganan dan penanggulangannya karena pemerintah daerah terutama tingkat provinsi sudah lumpuh total. Tetapi mengapa tidak sekalian menetap di sana, tidak usah bolak-balik seperti sekarang," ujar Buya. Ia berharap, sebagai aparat yang terbiasa dengan kondisi medan yang serba susah dan darurat, tentara dikerahkan lebih banyak ke sana. Alasannya, merekalah yang mempunyai peralatan dan terbiasa dengan situasi dan kondisi darurat.
Lebih lanjut Syafi'i juga memaparkan bahwa hingga kini pihaknya belum bisa melakukan kontak ke pengurus Muhammadiyah di Aceh untuk mengetahui nasib para anggotanya serta kerusakan aset organisasi yang ada di sana, termasuk milik badan otonom di bawah Muhammadiyah. Dia cuma bisa memastikan bahwa Ketua PW Muhammadiyah Aceh selamat dari bencana, namun rumahnya hancur. "PP Muhammadiyah kemarin sudah mengirim Din Syamsuddin (salah satu wakil ketua PP Muhammadiyah). Tapi karena suasanannya begitu rupa ya tidak bisa kemana-mana.
Transportasi juga jadi masalah besar. Khotbah tidak banyak gunanya di sana," ungkapnya. Dipaparkannya juga bahwa hingga saat ini Muhammadiyah telah mengirim berbagai bantuan ke lokasi bencana, termasuk ratusan juta rupiah uang tunai serta tiga gelombang pengiriman tenaga dokter. "Senin nanti saya juga kesana. Yang penting saat ini di sana adalah pemulihan," kata dia. (ful)
Terpopuler
1
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
2
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
3
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
4
Pengumuman Hasil Seleksi Wawancara Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
5
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
6
Mudir 'Ali JATMAN: Tarekat adalah Warisan Asli Wali Songo
Terkini
Lihat Semua