Jakarta, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jombang menolak fatwa bohong berupa selebaran gelap yang menghimbau kepada kaum nahdliyin untuk merubah cara peribadatan dan amalan yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam.
"Setelah kami teliti secara seksama, selebaran yang disinyalir merupakan hasil musyawarah tersebut adalah palsu dan tidak ada satupun nama kyai yang menandatangani di kenal. Jadi kami anggap ini mengada-ada dan menyesatkan," ungkap ketua Tanfidziyah PCNU Jombang, KH. A. Tamim Romli, SH. M.Si dalam suratnya yang di tujukan kepada PBNU dan NU. Online, Kamis (26/5).
<>Surat yang ditujukan kepada PCNU Banyuasin Sumatera Selatan itu merespon pemberitaan dan selebaran bahkan melalui kaset-kaset (VCD) yang mengatasnamakan ulama-ulama NU Jombang. Nama ulama yang di catut tersebut antara lain, KH. Mustofa Djalil, KH. Abdullah Sidiq, KH. Mahfudz, KH. Abdulah Hasyim, KH. Hasyim Basdan, KH. A. Ridwan Hambali, KH. Faturahman Sujono, KH. Cholil Ansyor dan KH. Thontowi Djahari.
Dalam selebaran yang berjudul beberapa fatwa ulama NU Jombang untuk kaum Nahdliyin, para ulama tersebut menghimbau agar meninggalkan kebiasaan membaca ushali dengan suara keras, karena niat itu pekerjaan hati, cukup dalam hati saja. Selain itu dalam shalat shubuh imam tidak perlu membaca doa qunut, kecuali kalau ada sesuatu bahaya terhadap kehidupan umat Islam secara keseluruhan, doa qunut boleh dibaca setiap shalat, bila ada keperluan bersifat darurat tidak hanya dalam shalat shubuh.
Bukan hanya dalam urusan shalat saja, himbauan yang ditandatangani 1 Ramadhan 1423 H berupa fatwa itu juga dalam urusan upacara takziah. Disebutkan keluarga yang mendapat musibah kematian, wajib bagi umat Islam untuk bertakziah selama tiga hari berturut-turut, dalam takziah juga diupayakan supaya tidak ada makan-makan, cukup air putih sekedar obat dahaga. Dalam upacara penguburan, juga dihimbau meninggalkan kebiasaan dalam shalat jenazah untuk mengucapkan bahwa, "jenazah ini orang baik, khoir-khoir", hal ini tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW.
"Kami berharap kepada warga nahdlyin agar tidak bersikap berlebihan, dan menanggapinya dengan cara yang baik. Siapapun pihak yang menyebarkan fatwa ini agar tidak terprovokasi, semoga Allah melindungi kita semua," pungkas KH. Tamim Ramli. (cih)
Terpopuler
1
3 Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
2
Niat Puasa Muharram Lengkap dengan Terjemahnya
3
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
4
Khutbah Jumat: Persatuan Umat Lebih Utama dari Sentimen Sektarian
5
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
6
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
Terkini
Lihat Semua