Jakarta, NU Online
Rencana penggusuran situs sejarah awal Islam, terutama rumah Rasulullah harus ditentang. Ketua Lembaga Seni dan Budaya NU (Lesbumi) Sastro Al Ngatawi berpendapat mestinya NU harus membuat satu task force seperti komite Hijaz untuk menentang semua hal tersebut diatas.
“Itu bisa atas nama mempertahankan situs keagamaan ataupun peradaban. Kita harus melawan bentuk otoritarianisme agama,” tandasnya di Gd. PBNU (22/7).
<>Dikatakannya bahwa Islam adalah agama yang menghargai kebudayaan. Sikap untuk menyingkirkan bukti sejarah dan simbol peradaban adalah sikap kepicikan dan kebodohan yang akan mengarah pada kebangkrutan peradaban Islam.
Mantan asisten pribadi Gus Dur tersebut menilai jika alasan pembongkaran tersebut untuk menghindari syirik menurutnya kurang tepat. “Kalau persoalan ingin menjaga politeisme, menurut saya ini mengingkari al qur’an. Urusan menjadi iman ini urusan tuhan,” tegasnya.
Meskipun seluruh situs ini dihapuskan, kalau Allah mencabut hidayah dari seseorang, maka ia akan tetap musyik. Sebaliknya sekalipun seluruh situs dibiarkan, kalau tuhan tidak mencabut hidayah, ia akan tetap dalam keadaan Islam
“Jadi kita tidak boleh melangkahi orotitas tuhan. Apalagi dilakukan dengan cara penghancuran simbul sejarah yang monumental yang bisa menimbulkan spirit bagi umat Islam untuk mendekatkan diri pada tuhan,” imbuhnya
Sikap pemerintah Saudi tersebut dinilainya merupakan bentuk otoritarianisme suatu pemahaman yang sudah melampaui hak tuhan. Kalau seseorang sudah melakukan tindakan mengambil ali fungsi tuhan ini sudah keterlaluan.
Persoalan ini dinilainya bukan lagi masalah bagi umat Islam belaka kalau kita tinjau dari aspek kebudayaan dan peradaban. “Situs yang ada di Makkah itu kan situs besar, peninggalan sejarah peradaban umat Islam. Kalau Taliban ingin menghancurkan kuil Budha saja UNESCO dan Amerika turun langsung untuk mencegah semuanya ini. Mestinya karena sudah menyangkut kebudayaan dan peradaban manusia, dunia internasional tak bisa diam dong,” tambahnya.
Karena tiadanya perhatian tersebut Sastro curiga ini merupakan bagian dari kepentingan kapitalise global untuk mengejar keuntungan. “Disisi lain, orang-orang non muslim juga punya kepentingan, karena hilangnya simbol-simbol Islam maka spirit keislaman akan hilang yang ini akan mematahan etos dan perjuangan unmat Islam. Ini analisis saya,” tegasnya.(mkf)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua