Muktamar Dinilai Tak Cerminkan NU Sebagai Gerakan Kebudayaan
NU Online · Sabtu, 27 Maret 2010 | 05:02 WIB
Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU) di Makassar dinilai tidak mencerminkan NU sebagai gerakan kebudayaan. Muktamar hanya dijejali dengan berbagai persaingan politik dari para kandidat maupun pendukungnya untuk merebut tampuk kepemimpinan NU periode mendatang.
Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Kaukus Budayawan NU dalam rilis pers yang disampaikan kepada wartawan di area muktamar, Sabtu (27/3). Para budayawan NU yang tergabung dalam kaukus ini antara lain Ngawati Al-Zastrouw, M. Jadul Maula, Aguk Irawan, A. Anzieb, Hasan Basri Marwah dan Mell Shandy.
/>
“Seperti pada Muktamar ke-31 di Solo lima tahun lalu, dari sederetan program, kegiatan sidang-sidang dan suasana muktamar tidak mencerminkan NU sebagai gerakan kebudayaan,” kata Zastrouw mewakili kaukus ini.
Menurutnya, suasana muktamar lebih mencerminkan egoisme dan persaingan memperebutkan posisi. Hal ini disinyalir bermula dari syahwat politik yang semakin besar di tubuh NU.
“Sementara kebudayaan bagi NU adalah tindakan yang berdasarkan fikiran yang jernih dan hati nurani, berorientasi pada kearifan, menghindari prasangka, saling menghargai, membangun solidaritas, tolong-menolong, dan kebaikan bersama,” kata Zastrouw.
Kaukus Budayawan NU menegaskan bahwa NU merupakan sebuah gerakan kebudayaan yang berbasis pada tradisi pesantren. Pesantren sendiri adalah tempat berkumpulnya berbagai kelompok masyarakat tanpa saling mengabaikan dan dan membangun kebaikan bersama.
“Kami berharap para calon ketua NU, para pendukung dan semua Nahdliyin agar kembali kepada makna kebudayaan NU,” kata Zastrouw. (nam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
3
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
4
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
5
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
6
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
Terkini
Lihat Semua