Warta

Mubes Warga NU untuk Kembalikan NU ke Gerakan Civil Society

NU Online  ·  Kamis, 30 September 2004 | 13:42 WIB

Jakarta, NU Online
Musyawarah warga NU (Mubes) yang akan dilaksanakan di Ponpes Ciwaringin Babakan Ciregon 8-10 Oktober mendatang adalah untuk refleksi terhadap gerakan yang sudah dilakukan oleh kaum muda dan merancang semacan skenario building sehingga tahu posisi warga NU dalam konstelasi global maupun nasional.

“Jadi ini tidak ada kaitan dengan apa yang sering dikutip dalam koran berkaitan dengan kekalahan NU dalam pilpres atau menjelang muktamar ini. Ini memang sudah dirancang sejak lama dan memang untuk mengembalikan NU kepada gerakan civil society,” ungkap Imam Aziz, koordinator acara dalam konferensi press di Ponpes al Kenaniyah di Pulo Nangka Barat Jaktim (30/09).

<>

Azis memandang bahwa Mubes ini perlu dilakukan untuk penyelamatan terhadap NU yang telah direduksi sedemikian sempit menjadi mesin politik dengan mempertimbangkan fenomena historis dan kontekstual, serta bertolak dari sumberdaya dan kekutan hasil dari berbagai eksperimentasi gerakan sosial kerakyatan yang telah dilakukan warga NU.

Target dari acara ini adalah perubahan paradigma dari pola berfikir pengorganisasian NU sebagai struktur yang vertikal hierarkis menjadi horisontal yang berhikmah kepada jamaah dalam lingkup wilayah masing-masing.

“Ada semacam keresahan yang muncul bahwa struktur NU yang vertikal dan sangat hirarkis yang mengikuti pola pengorganisasian struktur politik. Saat ini PBNU berdampingan dengan presiden, PWNU sejajar dengan gubernur, dan seterusnya. Ini akan sangat mudah dipoltisasi dalam satu waktu yang saya kira tidak akan pernah berhenti dalam pemilihan presiden dan kepala daerah,” tandasnya.

Saat ini telah diputuskan bahwa pemilihan kepala daerah juga akan dilakukan secara langsung. Jika proses politisasi dalam tubuh NU tetap berjalan, maka artinya akan ada 176 cabang NUyang akan melakukan politisasi.

Semua materi akan dikaji dan dibahas dalam bentuk bahsul masail sebagaimana umum dilakukan warga NU. Setiap bidang materi akan dibahas oleh sejumlah orang yang memiliki hubungan dan keterkaitan dengan materi tersebut.

“Ada satu rancangan yang memungkinkan berbagai topik dibahas secara mendalam. Kami yakin bahwa masyarakat yang bekerja di sekor masing-masing itulah yang paling ahli sedangkan ahli dari kampus akan jadi pendamping, misalnya menggambarkan problem pertanian ke depan bagaimana, demikian juga sektor perburuhan, kelautan, dan lainnya,” tandasnya.

Beberapa tema yang akan dibahas meliputi pertanian, perburuhan, kelautan dan nelayan, pendidikan dan pesantren, gerakan perempuan, kesenian dan budaya pesantren, aswaja, khittah dan relasi NU-politik, capital resourches warga NU dan skenario building warga NU.

Akan hadir dalam acara tersebut kyai-ulama, aktivis NU, seniman, budayawan, petani, buruh, nalayan, guru, kaum profesional dan akademikis.

Ditanya tentang posisi kyai Sahal yang mengaku tidak dikonfirmasi Imam Aziz nyatakan bahwa jauh sebelum, panitia sudah sowan ke Kyai Sahal. Namun demikian, ia menyatakan karena posisinya sebagai rais aam, ia tidak bisa hadir, tapi sebagai sesepuh ia sangat mendukung.

“Sebelumnya beberapa waktu lalu sudah bertemu Kyai Sahal, tadi malam saya sudah bertemu lagi dan beliau sekali lagi, Kyai Sahal bilang yaa dan mendoakan kita. Posisinya sebagai rais aam menyulitkannya hadir.

Ditanya tentang nama musyawarah besar yang diprotes beberapa orang. Imam  Aziz nyatakan bahwa memang nama tersebut dicari yang tidak biasa digunakan oleh NU struktural agar tidak terkesan menandingi.(mkf)