Muballigh Tidak Cukup Hanya Mengerti Surga-Neraka
NU Online · Rabu, 22 Oktober 2003 | 09:00 WIB
Jakarta, NU Online
Para muballigh tidak cukup memahami masalah agama atau surga neraka saja, tetapi mereka harus memahami permasalahan ekonomi umat, termasuk potensi kelautan yang ada untuk mengembangkan potensi pesisir.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ketua Lembaga Dakwah NU (LDNU) KH Nuril Huda dalam acara Lokakarya Dikungan Muballigh Pesisir Terhadap Gerbang Mina Bahari yang diselenggarakan LDNU bekerjasama dengan departemen kelauatan dan perikanan.(22/10) di Gedung PBNU.
<>Kerjasama antara lembaga dakwah NU dan Departemen Kelautan dan Perikanan adalah keinginan agar para Muballigh dari pesisir mulai Anyer sampai Bayuwangi mengerti masalah kelautan sehingga bisa mengembangkan ekonomi daerah pesisir secara riil, bukan hanya nawaitu.
Ini sangat penting karena sebagian besar nelayan miskin tersebut adalah orang NU, orang-orang yang miskin karena pengetahuannya dan peralatannya untuk mencari ikan sangat minim. “LDNU tidak hanya berceramah di masjid, tetapi bagaimana meningkatkan kehidupan masyarakat di dunia ini,” tegasnya karena selama ini yang memanfaatkan laut Indonesia adalah orang asing yang mencurinya dari kita.
Sementara itu Rais Syuriah PBNU KH Hafid Usman mengatakan bahwa laut merupakan sesuatu yang luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada kita. “Laut itu luar biasa, airnya walaupun asin, tapi suci dan mensucikan, bahkan bangkainya saja halal.” ungkapnya.
Dari sudut pandang kesejarahan, Islam di Indonesia juga berkembang melalui laut. Kesultanan-kesultanan yang ada di Indonesia banyak yang berdiri di daerah pesisir seperti Aceh, Martapura, Demak, dll.
“Ini harus menggugah kita bahwa dulu umat Islam mampu berkiprah ditengah-tengah kehidupan yang luas dimana kota pantai merupakan kota yang hirup pikuk. Bahkan ada guyonan kalau kepingin tahu daerah yang paling beragam jenis nyamuknya, kota pelabuhanlah tempatnya,” tambahnya.
Sementara itu Sekjen Deptan Dr. Andin H. Taryoto mengatakan bahwa kita belum bisa berbuat banyak dengan potensi laut yang ada di Indonesia. “Bahkan kita masih harus mengimpor 15 juta ton garam dari 28 juta ton kebutuhan Indonesia per tahun, padahal laut Indonesia sedemikian luas dan terletak di daerah tropis,” ungkapnya.
Untuk itu dalam mengembangkan potensi kelautan, Departemen Kelautan dan Perikanan memiliki lima misi yang meliputi peningkatan kesejahteraan nelayan, peningkatan potensi kelautan dalam perekonomian nasional, peningkatan peranan perikanan dan kelautan sebagai alat pemersatu bangsa, peningkatan kecerdasan bangsa melalui konsumsi ikan, dan menjaga kelestarian lingkungan. Semua misi ini diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia.(mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
4
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
5
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
6
Ribuan Santri Pati Akan Gelar Aksi Tolak Kenaikan Tarif PBB 250 Persen hingga 5 Hari Sekolah
Terkini
Lihat Semua