Warta PENANGGALAN HIJRIYAH

Mesir Bisa Menjadi Acuan

NU Online  ·  Senin, 10 Januari 2011 | 22:02 WIB

Malang, NU Online
Meski sama-sama berpenduduk muslim yang beragam aliran dan pemikiran, serta mirip sistem pemerintahannya, Mesir relatif lebih baik dalam penentuan awal bulan Hijriyah dibandingkan dengan Indonesia. Di Mesir hampir tidak pernah terjadi perbedaan dalam mengawali bulan Islam itu.

Ketua Lajnah Falakiyah PCNU Kabupaten Malang Shofiyullah, mengatakan, model penetapan awal bulan Hijriyah di Mesir ini bisa menjadi acuan. Menurutnya, pemerintah Mesir juga memakai mekanisme sidang isbat yang menjadikan rukyatul sebagai acuan. Bedanya, pemerintah tidak ikut campur dalam proses penetapan ini.<>

“Penetapan awal bulan ini tidak oleh pemerintah atau menteri agama, tetapi oleh grand mufti dari kalangan ulama atau semacam majelis ulama yang ditetapkan oleh pemerintah,” katanya dalam perbincangan dengan NU Online di Malang, Senin (10/1).

Selanjutnya, hasil penetapan grand mufti ini di-back up sepenuhnya oleh pemerintah. Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan dengan alasan mengamankan hasil ketetapan ini.

“Karena yang menetapkan bukan dari pihak pemerintah atau menteri, maka pemerintah Mesir tidak akan dianggap melakukan intervensi. Pemerintah bertindak dengan dalih mengamankan keputusan mufti,” kata Shofiyullah.

Berbeda dengan Indonesia yang hanya melakukan sidang isbat pada awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, sidang isbat penetapan awal bulan di Mesir dilakukan setiap bulan dengan mekanisme darul ifta atau pertemuan para ulama yang di-back up oleh pemerintah.

Shofiyullah sendiri saat ini sedang mendalami proses dan mekanisme penentuan awal bulan Hijriyah di Mesir ini. “Perlu ada penelitian lebih lanjut apakah yang diterapkan di Mesir ini bisa diterapkan di Indonesia. Selain itu selama ini informasi yang kami diterima juga belum lengkap,” kata Shofiyullah yang juga Pengurus Lajnah Falakiyah PWNU Jawa Timur. (nam)