Warta

Menilik Tradisi Unik Sambut Ramdhan

NU Online  ·  Kamis, 4 Agustus 2011 | 03:37 WIB

Tegal, NU Online
Budaya mandi basah setiap menjelang bulan suci Ramadhan ini tidak lepas dari tradisi orang Islam di pulau Jawa. Bulan yang penuh rahmat dan benar benar mendatangkan rahmat bagi insan manusia dimuka bumi.
 
Banyak tradisi yang dilakukan warga diberbagai daerah dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Seperti yang dilakukan sejumlah ibu warga desa Kracak Kecamatan Ajibarang Banyumas Jawa Tengah misalnya. Mereka melakukan ritual bersih diri di sungai Kawung dengan cara keramas bersama di sungai. Namun keramas ini berbeda dengan keramas pada umumnya.
<>
Untuk menjaga tradisi leluhur mereka, keramas dilakukan dengan menggunakan merang atau abu dari batang padi kering yang dibakar. Selain menjaga tradisi, keramas dengan merang juga dimaksudkan agar rambut ibu-ibu ini terlihat hitam, mengkilat dan bersih saat bulan Ramadhan nanti.

Sebelum keramas bersama, mereka terlebih dahulu membakar beberapa ikat batang padi kering yang telah mereka siapkan. Setelah dibakar, abu batang padi atau merang ini kemudian disaring didalam ember. Merang inilah yang kemudian digunakan bersama-sama untuk keramas.

Peristiwa unik seperti itu juga dapat ditemui di kabupaten Pati yang disebut dengan Padusan atau mandi basah atau karmas. Uniknya mereka berkumpul di daerah yang bernama Sendang Sani.

Sendang Sani merupakan pilihan favorit orang kabupaten Pati untuk mandi jinabat atau padusan
Sendang tua yang konon peninggalan sunan Muria itu posisinya sekitar 5 KM di sebelah utara kota Pati, tepatnya di pertengahan antara Telogowunggu dan kota Pati. Sendang yang di huni bulus yang berusia ratusan tahun itu setiap menjelang bulan Ramadhan selalu dipadati masyarakat untuk sekedar bertamasya atau padusan. karena selain ritual padusan itu sendiri, air sendang Sani dipercaya tempat wudlu sunan Muria waktu melewati daerah Sani. dan nama Sani itu sendiri adalah nama bulus tua yang konon jelmaan dari murid sunan Muria,"Tapi sebagian kisah menyebut sunan Kalijaga yang bernama Sani.

Ternyata tradisi semacam itu juga terdapat di daerah Kabupaten Tegal yang disebut oleh warga dengan nama Wuwungan. wuwungan sama dengan bersih diri dengan berkeramas, uniknya tradisi wuwungan ini dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Tegal di bendungan sungai desa Danahwarih kecamatan Balapulang, sebuah bendungan sungai sebagai poros irigasi di Kabupaten Tegal. Mereka melakukan tradisi unik itu menjelang 2 hari sebelum bulan suci datang, yang membuat beda dengan tardisi didaerah lain, bukan saja dilakukan oleh ibu-ibu tetapi juga anak-anak dan orang dewasa. Mereka tidak hanya membawa dirinya tetapi, barang-barang sebagai sarana ibadah di musholla atau masjid juga ikut dibersihkan, seperti karpet, tiker dan barang-barang pribadi lain yang tidak pernah dikeluarkan dari rumah seperti panci, wajan dan lain sebagainya.

Menurut Rois (30) seorang warga desa Timbangreja Kecamatan Lebaksiu mengatakan, tradisi wuwungan memang sudah dilaksanakan sejak dulu, tetapi hanya sedikit orang yang menyebut namanya wuwungan. Mereka datang hanya terus mengikuti teman-teman yang lain mandi terus keramas dan tidak ketinggalan membawa perlengakapan ibadah di musholla dan masjid untuk disucikan bersama dirinya.

"Kami melakukan tradisi ini setiap menjelang bulan Ramadhan. Tapi semakin tahun semakin tidak seramai dulu mas," ujar  Rois yang ditemui setelah wuwungan, Ahad (31/7) lalu.
 
Dengan pensucian diri ini, warga berharap bisa melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan hati yang bersih dan tulus. Selain itu, pensucian diri dengan cara keramas bersama ini juga dianggap sebagai bentuk rasa kebersamaan warga.
 
Senada dengan Rois, Afandi(28) guru MTs. Al Madina juga menyebutkan wuwungan di bendungan sungai Danahwarih sudah lama diikutinya, bahkan menurut penuturanya bukan saja warga sekitar yang turut berdatangan tetapi luar kotapun ada juga yang ikut menyaksikan sekligus juga ikut wuwungan.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Muiz