Mengenang Dus Dur, KBRI Doha Dihadiri Semua Agama
NU Online · Sabtu, 9 Januari 2010 | 11:45 WIB
“Mengenang Gus Dur Sebagai Guru Bangsa”, begitu bunyi tema renungan malam mengenang presiden ke-4 Republik Indonesia, Al Marhum KH Abdurrahman Wahid, di KBRI Doha, Kamis 7 Januari 2010.
Acara ini dihadiri tidak kurang dari 150 orang masyarakat Indonesia yang ada di Qatar. Mereka mewakili masyarakat Islam, Protestan, Katolik, Buddha dan Hindu serta perkumpulan lainnya seperti Dharma Wanita Persatuan dan Ikatan Alumni ITB.<>
Dalam sambutannya Dubes RI untuk Negara Qatar, HM Rozy Munir mengatakan bahwa Gus Dur layak menyandang predikat Guru Bangsa karena keteladanannya dalam memperjuangkan hak-hak asasi manusia, membela kaum minoritas, mengajarkan untuk saling menghormati dalam perbedaan serta memegang teguh Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Presiden Susilo Bambang Yudoyono pun menyebutnya sebagai Bapak Pluralisme dan kulturalisme di Indonesia.
Rozy Munir yang pernah jadi menteri BUMN dalam kabinet Gus Dur bertutur cerita kedekatannya dengan Sang Guru Bangsa semasa menjabat presiden maupun ketua umum PBNU. Gus Dur adalah sosok yang sederhana, jujur, apa adanya, toleran dan dermawan, pungkas Rozy Munir.
Nugroho perwakilan dari Kristen menyampaikan testimoninya dengan judul “Apa kata Alkitabku tentangmu Gus”. Jonet perwakilan dari Katolik membacakan kesaksiannya dengan judul “Suara Kenabian di hidup Gus Dur”, kemudian rekannya Sanggam membacakan belasungkawa Paus Benediktus XVI,
“Ya Allah yang Maha Kasih, kami telah kehilangan negarawan yang sangat besar, yang mengajarkan pluralisme. Kau panggil bapak kami Abdurrahman Wahid yang selalu mengajarkan perdamaian. Bangsa ini membutuhkan beliau”.
Iskandar Aguslim perwakilan dari umat Buddha menyampaikan kekagumannya kepada Gus Dur yang fasih bicara tentang agama Buddha. Sedang Abdul Basit dari KMNU Qatar dengan semangatnya mengajak untuk meneladani Gus Dur dan memahami ajaran-ajarannya.
Acara yang berlangsung khidmat ini diakhiri dengan pembacaan puisi oleh ketua umum Permiqa (Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar):
Gus, kalau aku belajar kesederhanaan
dan maknanya hidup sederhana
engkaulah gurunya
Gus, kalau aku belajar tentang perbedaan
dan menghargai perbedaan
Engkaulah gurunya
Gus, kalau aku belajar tentang toleransi
dan bagaimana implementasi toleransi
engkaulah gurunya
Gus, kalau aku belajar menyayangi
dan bagaimana seharusnya menyayangi
engkaulah gurunya
Gus, kalau aku murid dan anak bangsa
maka enkau guru bangsaku
Aku tahu engkau menyayangi kami Gus,
kami pun menyayangimu,
tapi Allah SWT lebih menyayangimu Gus…
Selamat jalan Gus Dur, selamat jalan guru bangsaku
Semoga ampunan dan kasih sayang Allah
Selalu menyertaimu.
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
6
Pentingnya Kelola Keinginan dengan Ukur Kemampuan demi Kebahagiaan
Terkini
Lihat Semua