Menag: Perlu Ada Tatacara Penetapan 1 Syawal yang Lebih Baik
NU Online · Rabu, 2 November 2005 | 16:16 WIB
Jakarta, NU Online
Menteri Agama M Maftuh Basyuni menyatakan, di masa datang perlu ada metode atau tata cara penetapan awal Ramadhan, awal Syawal dan 10 Dzulhijjah yang lebih baik lagi untuk mengurangi terjadinya perbedaan.
"Mudah-mudahan untuk penetapan 10 Dzulhijjah (Idul Adha) mendatang, kita sudah memiliki tata cara yang lebih baik lagi yang bisa mengurangi terjadinya perbedaan penetapan," katanya ketika memimpin Sidang Itsbat Penetapan Awal Syawal 1426 H di Kantor Depag Jakarta, Rabu malam. Dalam rapat tersebut pemerintah menetapkan 1 Syawal 1426 H jatuh pada Kamis, 3 November 2005.
<>Dikatakan Menag, dalam waktu dekat ini pihaknya akan mengundang para ahli hisab dan ru’yah dari berbagai lembaga dan ormas untuk membicarakan hal tersebut dan diharapkan akan menghasilkan sistem hisab dan ru’yah baru yang lebih baik.
Sekretaris PP Muhammadiyah Goodwill Zubir menyatakan kegembiraannya dengan keputusan pemerintah yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada Kamis (3/11) karena keputusan itu berarti sama dengan keputusan Muhamadiyah yang terlebih dulu menetapkan keputusan yang sama.
"Kami berharap ada perbaikan sistem Penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah sehingga bisa lebih baik lagi," katanya.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Umar Shihab yang dimintai komentarnya mengatakan, hampir di seluruh dunia, khususnya di negara Arab dan Timur Tengah, menetapkan Idul Fitri jatuh pada Kamis 3 November berlaku.
"Di dunia Arab sendiri yang 1 Ramadhan-nya lebih awal dari kita, berlebaran besok. Mereka menggenapkan Ramadhannya menjadi 30 hari," katanya sambil menambahkan sejumlah negara di Eropa memang kemungkinan ada yang ber-Idul Fitri pada Jumat (4/11). Karena itu, lanjut dia, jika ada sebagian kaum muslimin di Indonesia yang berlebaran sebelum Kamis, 3 November, patut dipertanyakan dasar hukumnya.
"Mungkin mereka memiliki sistem sendiri di luar sistem hisab dan ru’yah yang biasa dipakai di Tanah Air," katanya menjawab pertanyaan mengenai adanya sejumlah warga yang telah merayakan Idul Fitri lebih awal.
Tetapi, lanjut dia, perbedaan itu adalah soal khilafiah, sehingga tidak perlu terlalu dibesar-besarkan dan yang penting umat Islam bisa saling menghormati pendapat masing-masing.(ant/mkf)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
4
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
5
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua