Warta

Mbah Muchith Konsultasi Wakaf ke PWNU

NU Online  ·  Sabtu, 8 Oktober 2011 | 10:41 WIB

Surabaya, NU Online

Meski telah berusia sepuh, namun semangat KH Abdul Muchith Muzadi (Mbah Muchith) untuk tetap berkhidmah kepada NU tidak pernah kendur. Seperti yang terlihat di Kantor PWNU Jawa Timur pada hari Sabtu (8/10) siang. 

Mbah Muchith datang dari Jember ke PWNU yang berjarak sekitar 200 kilometer. “Saya ingin konsultasi dengan PWNU tentang prosedur wakaf ke NU,” tutur Mbah Muchith saat ditemui NU Online di lobi Kantor PWNU.<>

Biasanya begitu datang Mbah Muchith langsung masuk kamar istirahat tamu khusus. Namun untuk siang tadi, Mbah Muchith tidak berkenan. Ia lebih senang ditemui di lobi bersama tamu-tamu yang lain. 

Tidak berselang lama kemudian para pengurus PWNU menemui kiai kharismatik tersebut. Mulai dari Rais Syuriah KH Miftachul Akhyar; Ketua KH M Hasan Mutawakkil Alallah, Wakil Ketua H Abdul Wahid Asa; Sekretaris H Masyhudi Mukhtar, Wakil Sekretaris H Ahmad Sujono dan lain-lain. 

Dalam kesempatan tersebut, Mbah Muchith menyampaikan keinginan hatinya kepada para pengurus teras tersebut.  “Saya ini sudah tua. Sebelum saya meninggal dunia pengurus masjid harus jelas,” tutur Mbah Muchith.

Sebagaimana diketahui, Mbah Muchith selama ini tinggal di samping Masjid Sunan Kalijaga di depan kampus Universitas Jember (Unej). Sampai saat ini amaliah yang dilakukan sehari-hari di masjid itu adalah amaliah ala Nahdliyah (mungkin karena masih ditunggui Mbah Muchith). 

Padahal sebagai kampus negeri, jamaah yang datang terdiri dari berbagai macam faham dan keyakinan.Nah,karena mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan itulah Mbah Muchith ingin memperjelas status masjid tersebut. Ia ingin masjid tersebut berbadan hukum. Lebih tepatnya bergabung ke dalam Nahdlatul Ulama. 

Pilihan lain, mendirikan yayasan sendiri yang menaungi masjid tersebut. Tapi mendirikan yayasan juga bukan persoalan mudah. “Kalau ngikuti aturan yayasan yang mbulet itu saya gak kagak,” jelas Mbah Muchith.

Sebagai murid langsung dari Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, jiwa Mbah Muchith memang tidak bisa lepas dari jam’iyah yang didirikan gurunya tersebut. Menurut salah seorang Mustasyar PBNU tersebut, saat berangkat dari Jember di pagi hari, dirinya sudah setengah tidak sadar. Namun ketika sampai di lobi PWNU dan berbincang tentang NU dengan para tokoh NU, semangatnya langsung pulih kembali. 

“Kalau sudah bicara NU, Mbah Muchith langsung sehat lagi,” tutur Untung, sopir yang setia mendampingi Mbah Muchith.

“ Pokoknya NU itu obat paling mujarab bagi Mbah Muchith,” lanjut lelaki asal Tanggul tersebut.

Di depan para pengurus NU Jawa Timur, Mbah Muchith mengaku telah merasa dikejar umur. Saat ini usia Mbah Muchith sudah 88 tahun dalam kalender hijriyah itu, atau 85 tahun dalam kalender masehi.

Oleh karena itu ia ingin segera menuntaskan segala hal yang berkaitan dengan NU. “Mumpung saya masih hidup,” jelasnya.

Para pengurus NU Jawa Timur pun menyambut baik keinginan tersebut. Di sisi lain, mereka ganti memohon arahan dari sesepuh NU tersebut tentang masalah yang lain. 

Redaktur      : Syaifullah Amin

Kontributor  : M. Subhan