Mbah Muchith: Belajar NU Tidak Cukup Melalui Buku
NU Online · Sabtu, 1 Desember 2007 | 12:27 WIB
Malang, NU Online
Pelajarilah NU sebelum mengajari NU. Itulah pesan pertama yang disampaikan oleh KH Abdul Muchith Muzadi (Mbah Muchith) kepada para santri yang sedang berkumpul di aula Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Malang.
Pesan penting itu ditujukan kepada para peserta Musyawarah Nasional Santri ke-1 dan Sarasehan Nasional Membangun Masa Depan Bangsa di Pesantren Mahasiswa asuhan DR KH A Hasyim Muzadi itu. Acara itu sendiri diikuti sekitar 30 orang yang datang dari berbagai daerah. Yang terasa istimewa, Andree Felliard, si “Ketua Fatayat Ranting Perancis” juga turut hadir di tengah-tengah para santri.
<>Menurut Mbah Muchith, saat ini sudah mulai banyak orang yang belum mempelajari NU dengan sungguh-sungguh tapi sudah mengajari NU. Sukanya mengkritik NU habis-habisan. Bahkan sudah ada yang kebablasan dengan mengatakan, bahwa NU dan banom-banom wujuduha ka’adamiha (adanya sama dengan tidak ada, alias tidak ada mafaatnya). Anehnya, mereka yang suka mengatakan kalimat seperti itu juga mengaku orang NU, dengan dasar bapaknya NU, demikian pula kakeknya.
“Kalau memang Sampean ini orang NU, apa yang pernah sampean lakukan untuk NU?” begitu Mbah Muchith biasanya mengejar pernyataan kontrovesial itu. Paling-paling jawabnya, mengkritik NU itu sendiri, termasuk bagian dari membantu NU. “Ya alhamdulillah, kritik sampean tidak selalu benar,” kata Mbah Muchith. “Pokoknya mereka itu kebangetanlah,” imbuh Mbah Muchith.
Oleh karenanya Mbah Muchith meminta agar semua pihak mau mempelajari NU dulu, sebelum mengajari NU. Cara mempelajari NU bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari membaca buku-buku NU. Baik yang ditulis oleh orang NU, non NU, non Indonesia, hingga yang non muslim.
Cara kedua mempelajari NU adalah dengan mengikuti kegiatan-kegiatan NU. Sedangkan cara ketiga (dan ini paling berat) adalah dengan belajar agama pada kiai-kiai NU.
“Jadi, belajar NU tidak cukup hanya dengan membaca buku-buku saja,” kata kakak kandung Ketua Umum PBNU KH A Hasyim Muzadi itu. “Sebab kalau hanya lewat baca buku saja, itu bisa mengerti tapi tidak bisa menghayati,” lanjut salah seorang Mustasyar PBNU itu. Paling efektif adalah dengan jalan mengaji kitab-kitab agama kepada para kiai NU, karenan memang agama itulah isinya NU. “Pokoknya kalau ingin menghayati NU, ngajiyo (mengajilah)!” tegas Mbah Muchith.
Deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengakui, saat ini sudah banyak buku-buku tentang NU. Ada yang mengambil sisi sejarah, ada yang menulis kiprah NU pada masa-masa tertentu, ada yang mendalami cara-cara ijtihad para ulama, dan lainnya. Hanya saja mempelajari NU lewat buku itu juga masih punya kekurangan lain. Apa itu?
“Bisa menghabiskan waktu dan uang,” jawab Mbah Muchith sambil terkekeh. Seluruh peserta Munas pun tertawa oleh banyolan Mbah Muchith itu. (sbh)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
4
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
5
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua