Mbah Muchit Respon Kontroversi Hari Lahir Pancasila
NU Online · Jumat, 4 Juni 2010 | 05:40 WIB
Kontroversi mengenai hari lahir Pancasila yang ramai belakangan ini mendapatkan respon dari Mustasyar PBNU KH Muchith Muzadi (Mbah Muchit). Bahkan sebelumnya PKB yang diwakili oleh salah satu anggota FPKB Ali Maschan Moesa malah mendesak pemerintah untuk menetapkan tanggal 18 Agustus sebagai hari lahir Pancasila.
Musytasyar PBNU ini menjelaskan, sejak awal NU menerima Pancasila 1 Juni yang dirumuskan Soekarno atau Bung Karno. Menurutnya, untuk pertamakalinya istilah Pancasila disebut pada tanggal itu. Kalaupun Yamin pernah mengusulkan dasar negara, tapi ia tidak menyebut nama Pancasila.<>
“Untuk itu sejak awal kemerdekaan disepakati bahwa hari lahir Pancasila 1 Juni 1945, karena saat itu Pancasila mulai ada dan dikenal orang. Baru pada tanggal 18 Agustus itu ditetapkan sebagai dasar resmi negara karena baru punya negara merdeka,” kata Mbah Muchit kepada NU Online di Jakarta, Jum’at (4/6).
Kiai sepuh ini menjelaskan bahwa ketika Proklamasi dikumandangkan pada 17 Agustus hari Jum’at Legi, Sokarno Hatta saat itu belum menjadi presiden dan wakil presiden, namun sebagai proklamator kemerdekaan saja. Baru setelah negara di tangan maka pada tanggal 18 Agustus 1945 yang bertepatan dengan hari Sabtu Pahing, itulah pertama ditetapkan Bung Karno sebagai Presiden, kemudian juga menetapkan Pancasila sebagai dasar negara serta Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi resmi.
“Bagi kaum substansialis penetapan hari lahir Pancasila ya berdasarkan istilah itu pertama kali muncul dan dikenal. Tetapi bagi kaum formalis hari lahir ditetapkan ketika mendapatkan formalitas, mendapatkan akte kelahiran. Di sinilah perbedan itu terjadi. Sebenarnya ini masalah biasa, tetapi bisa jadi ada politik desoekarnoisasi,”
Bahkan disinyalir ada kelompok yagn menggunakannya untuk melakukan depancasilaisasi, maka kemudian hari lahir Pancasila dipersoalkan. Karena itu pertebatan tentang hari lahir Pancasila, ini tidak lagi debat historis, tapi sebuah gerakan politis.
Kiai sepuh murid Kiai Hasyim Asyari ini menambahkan, pada mulanya gagasan Pancasila yang disampaikan Bung Karno itu masih umum lalu disempurnakan oleh tim kecil, sehingga menjadi seperti sekarang ini. Beberapa orang terlibat dalam perumusan ini termasuk dari NU, KH Wahid Hasyim, aktif di dalamnya. Namun demikian NU mengakui bahwa penemu dasar Pancasila adalah Bung Karno. NU hanya ikut menyusun dan menyempurnakan, sehingga menjadi seperti sekarang ini.
Karena itu kesetiaan NU pada Pancasila tidak hanya bersifat politik dan taktis tetapi lebih bersifat kultural dan emosional. Dikatakan Mbah Muchit, hingga sekarang NU tetap berpegang pada Pancasila, apalagi dalam Deklarasi Situbondo dijelaskan bahwa Penerimaan dan pengamalan Pancasila meriupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya. (nam)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
3
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua