Warta

Masyarakat Tionghoa Berharap Gelar Pahlawan Gus Dur Segera Direalisasikan

NU Online  Ā·  Jumat, 15 Januari 2010 | 03:19 WIB

Surabaya, NU Online
Meskipun hingga kini proses pemberian gelar pahlawan nasional untuk KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur masih belum selesai, tetapi masyarakat Tionghoa Surabaya sudah memberinya gelar pahlawan, yakni Pahlawan Pluralisme.

Secara eksplisit hal ini disampaikan dalam acara doa bersama untuk mengenang jasa Gus Dur oleh masyarakat Tionghoa Surabaya. "Kami sangat kehilangan dan berhutang budi sekali kepada Gus Dur," kata Liem Ou Yen, Ketua Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya Kamis (14/1/2010).<>

Bagi masyarakat Tionghoa, Gus Dur adalah seorang pemimpin yang bisa membebaskan belenggu hukum yang melarang mereka untuk mengekspresikan keyakinan serta kebudayaan mereka yang diberlakukan rezim orde baru sejak tahun 1967.

"Kami masyarakat Tionghoa sangat berharap agar gelar pahlawan bagi Gus Dur segera direalisasikan, bagi kami tidak ada alasan untuk penundaan pemberian gelar tersebut," ujar Liem seperti dilansir beritajatim.com.

Meskipun Gus Dur telah pergi, mereka tetap yakin bahwa kehidupan yang berprinsip pluralisme akan terus mengakar kuat di sendi-sendi bangsa Indonesia. Karena ajaran Gus Dur menembus batas ideologi bahkan lintas Iman. Sebab, pengikut Gus Dur tidak hanya terdiri dari kalangan Islam saja atau bahkan NU saja, tapi juga berasal dari semua kalangan agama.

Bahkan, ada beberapa dari masyarakat Tionghoa tersebut nyeletuk bahwa mereka adalah Gus Durian (sebutan pengikut Gus Dur) sejati. "Kami berharap akan segera muncul Gus Dur-Gus Dur baru yang muncul tidak hanya dari golongan NU saja, kalau bisa juga dari kalangan Tionghoa," pungkas Liem.

Doa Bersama

Duka dan doa rakyat Indonesia untuk almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur masih terus mengalir. Kali ini, giliran Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya bekerja sama dengan Yayasan Bhakti Persatuan menggelar malam doa bersama untuk mengenang jasa-jasa beliau.

Acara yang digelar di Sibec ITC Mega Grosir, Kamis (14/1/2010) malam, berlangsung hikmat. Acara yang semula direncanakan hanya untuk dihadiri 1.500 masyarakat Tionghoa Surabaya ini, ternyata juga dihadiri oleh berbagai macam komunitas Tionghoa yang berasal dari berbagai kota di Jawa Timur. Seperti Yayasan Kelenteng Kota Malang dan Kelenteng Kwan Sing Bio dan Tjoe Ling Kiong, Tuban.

"Fasilitas yang kami sediakan ternyata tidak cukup untuk menampung para hadirin yang datang pada acara malam hari ini, sampai-sampai overload," ujar Liem Ou Yen, Ketua Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya.

Selain masyarakat Tionghoa, acara tersebut ternyata juga dihadiri oleh masyarakat Non-Tionghoa, terutama dari kalangan NU.

Dalam acara tersebut juga ditampilkan berbagai unsur budaya Tionghoa seperti Kaligrafi Tionghoa, Catur Gajah serta berbagai atribut Barongsai yang dipasang untuk menghiasi panggung utama. Acara ini juga dihadiri adik Gus Dur, Umar Wahid; adik ipar Gus Dur, Nyai Farida Sholahudin Wahid, serta mantan ketua Pengurus Wilayah NU Jatim, Ali Maschan Musa. (mad)